Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dampak Platform Logistik terhadap Industri Logistik Konvensional

Kompas.com - 14/04/2023, 07:30 WIB
Elsa Catriana,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Rendahnya pemanfaatan atau utilisasi truk ditengarai menjadi salah satu penyebab tingginya biaya logistik di Indonesia.

Menurut Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Atprindo), utilisasi truk di Indonesia hanya berkisar 50.000 kilometer per tahun, sedangkan di Thailand mencapai 120.000 kilometer per tahun, bahkan di Eropa mencapai 200.000 kilometer per jam.

Group President Waresix Eric Dharma mengatakan, penyebab dari rendahnya utilisasi armada karena beberapa faktor. Masalah paling besar adalah mengenai perencanaan pengiriman yang kurang baik dalam ekosistem logistik, baik dari sisi pelanggan, pengusaha truk, maupun penerima barang (destination warehouse).

"Banyak pemain yang kurang mengerti dan paham dalam membuat perencanaan pengiriman. Hampir semua pihak yang terlibat belum bisa membuat perencanaan dengan baik,” kata Eric di Jakarta, Kamis (13/4/2023).

Baca juga: INSA Minta Pemerintah Bentuk Badan Tunggal Penjaga Laut dan Pantai untuk Kelancaran Logistik Nasional

Eric kemudian menceritakan kurangnya perencanaan yang dimaksud contohnya adalah ketidakpastian ketersediaan dan datangnya truk, sehingga membuat pelanggan tak bisa memastikan jadwal pengiriman.

Hal itu, menurut dia, membuat kesiapan loading barang berkurang sehingga saat truk sampai, barangnya belum siap untuk dimuat.

"Dampaknya, truk harus menunggu, padahal waktu tunggu tersebut bisa dimanfaatkan untuk melakukan pengiriman lain misalnya,” jelas dia.

Lebih lanjut, Eric mengatakan, kurang baiknya perencanaan juga terjadi di gudang tujuan, di mana sering kali kapasitas loading dan unloading barang tidak sesuai sehingga truk yang datang harus antri untuk unloading barang.

“Waktu antre atau detention tersebut bahkan ada yang sampai berhari-hari. Sehingga, truk menjadi gudang berjalan yang berdampak pada rendahnya utilisasi truk tersebut. Hal itu merupakan cara yang sangat tidak efisien dalam proses pengiriman barang,” lanjut Eric.

Baca juga: Sektor Logistik Diprediksi Masih Moncer, Tiki Targetkan Pertumbuhan Bisnis Capai 20 Persen pada 2023

Faktor lain yang menurut Eric menyebabkan rendahnya utilisasi truk adalah ketidaktepatan pesanan. Eric menjelaskan, truk yang datang sering kali batal digunakan karena tak cukup untuk mengangkut muatan.

Hal itu menurutnya disebabkan ukuran boks truk di Indonesia yang memang belum standar.

Tak hanya itu, menurut Eric, kurangnya akses terkait pesanan truk juga menjadi penyebab rendahnya utilisasi truk. Sehingga, truk harus menganggur atau jalan balik dengan muatan kosong.

Baca juga: Hasil Riset: Industri Transportasi dan Logistik Online Terus Tumbuh, Gojek Paling Diminati

 

“Sering kali juga, trip kurang efisien, misalnya banyak truk yang harus jalan, padahal muatannya tidak penuh. Hal itu membuat jumlah armada yang jalan jadi lebih banyak sehingga menimbulkan kemacetan yang berdampak pada lamanya waktu pengiriman dan meningkatnya konsumsi bahan bakar,” sambung Eric.

Rendahnya utilisasi armada tersebut menurut Eric berdampak pada tingginya biaya operasional pengusaha truk. Sehingga, pengusaha truk sering merugi karena harus membayar fixed cost, tetapi pendapatan tak mencukupi.

Kadang, untuk mengakalinya, pengusaha truk harus menaikkan biaya sewanya untuk menutupi fixed cost mereka. Dampaknya, biaya pengiriman menjadi lebih tinggi.

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com