Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jasa Penukaran Uang Baru, Masihkah Dicari Masyarakat Jelang Lebaran?

Kompas.com - 19/04/2023, 12:40 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ada beberapa jenis profesi yang hadir dan dicari konsumen menjelang Lebaran. Selain pembuat ketupat, jasa penukaran uang baru ternyata masih diminati sebagian masyarakat.

Jasa penukaran uang baru di pinggir jalan baru mulai merebak pada paruh kedua bulan Ramadhan atau dua minggu terakhir jelang Lebaran.

Sebagian dari mereka hanya bermodal kursi plastik dengan topi, jaket, dan masker untuk menangkal terik dan debu. Tak lupa, sebuah tas pinggang atau ransel yang digunakan untuk menyimpan gepokan uang baru.

Tak jarang, mereka hanya duduk di atas motor yang diparkir di pinggir jalan.

Baca juga: Realisasi Penukaran Uang Baru Sudah Capai Rp 157,6 Triliun, Pecahan Ini Paling Diminati

Biasanya mereka akan mangkal di jalan-jalan utama yang padat sambil merentangkan beberapa gepok uang baru dan melambai-lambaikannya kepada pengguna jalan yang lewat, berharap ada yang menepi.

Sementara itu, jasa penukar uang baru dengan modal yang lebih besar biasanya menggunakan meja portabel dengan payung besar dan menata gepokan uang baru di atas meja. Tentu saja, biasanya jumlah uang dan variasi pecahannya lebih banyak.

Salah satu penjaja jasa penukaran uang baru di Jakarta Selatan yang enggan disebutkan namanya mengatakan, ia biasanya sudah mangkal di tempat tersebut sejak sepenggalah sampai menjelang waktu buka puasa.

Dengan sigap, ia akan menghampiri orang yang berhenti di dekat tempatnya untuk menukar uang baru. Di tangannya, ada 5 gepok uang baru dengan pencahan yang berbeda, tetapi semuanya di bawah Rp 20.000.

Tak hanya menerima pembayaran cash, ia mengaku juga menerima penukaran dengan sistem transfer.

"Paling sering orang tukar yang pecahan Rp 5.000," ujar dia saat ditemui Kompas.com, Selasa (18/4/2023).

Ia mengaku, harga pecahan uang baru dari "bandar" biasanya sudah lebih 5 persen. Dengan begitu, ia menjual dengan selisih 10 persen.

Misalnya, untuk pecahan Rp 2.000 sebanyak 100 lembar dibanderol dengan harga Rp 220.000.

Namun demikian, khusus pecahan Rp 5.000-an, ia mengaku telah mendapatkan margin dari "bandar" sebesar 10 persen.

"Saya juga bingung kalau dijual Rp 580.000, pembeli sudah marah-marah itu biasanya," terang dia.

Baca juga: Perputaran Uang Diproyeksi Meningkat 10-15 Persen saat Lebaran 2023

Namun begitu, ia mengaku jasa penukaran uang baru pada Lebaran kali ini tidak semarak seperti tahun sebelumnya. Dalam satu hari, tidak sampai 50 orang yang datang ke tempatnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com