Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menilik Potensi Produksi Soda Ash di Indonesia

Kompas.com - 05/05/2023, 06:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perusahaan pupuk PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) mengatakan, setiap tahunnya Indonesia masih harus mengimpor soda ash hingga hampir satu juta metrik ton.

Bukan tanpa alasan, senyawa soda ash memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari.

Direktur Utama PKT Rahmad Pribadi mengatakan, tak banyak yang mengetahui, soda ash merupakan senyawa hasil industri petrokimia yang digunakan baik untuk kebutuhan industri maupun rumah tangga.

Ia mencontohkan, soda ash penting digunakan untuk bahan baku pembuatan kaca, keramik, tekstil, kertas, hingga aki. Sementara itu, untuk kegunaan rumah tangga, soda ash sering digunakan untuk pembuatan sabun dan detergen.

Baca juga: Bangun Pabrik Soda Ash, Petrokimia Gresik Gandeng PT Garam dan Unilever

Di tahun 2022, data mencatatkan bahwa impor soda ash untuk kebutuhan domestik mencapai 916.828 metrik ton per tahun dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 1,2 juta metrik ton per tahun di 2030.

Namun sayangnya hingga kini, untuk dapat memenuhi kebutuhan soda ash domestik, Indonesia masih bergantung pada impor.

Kondisi inilah yang dilihat sebagai peluang oleh PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) sebagai perusahaan petrokimia dan produsen pupuk di Asia Tenggara.

Perusahaan siap menjajal produksi komoditas soda ash nasional dengan pembangunan pabrik baru yang berlokasi di Bontang, Kalimantan Timur.

“Sebagai salah satu upaya PKT dalam menerapkan ekonomi sirkular, kami memanfaatkan produk sampingan CO2 yang dihasilkan dari pabrik amoniak existing untuk menghasilkan produk hilir yang memberikan nilai tambah," ujar dia dalam keterangan resmi, Kamis (4/5/2023).

Baca juga: Inaplas: Pengembangan Industri Petrokimia Terancam Pengurangan Plastik Virgin

Ia menambahkan, produksi soda ash akan menggunakan bahan baku CO2 hasil emisi pabrik, juga amoniak sebagai by product pembuatan urea. Harapannya, dengan kapabilitas yang ada, PKT akan memenuhi kebutuhan soda ash domestik dan mengurangi ketergantungan impor.

"Di tahap awal ini, kami siap memenuhi hingga 30 persen kebutuhan nasional atau mencapai 300 ribu metrik ton per tahun (MTPY),” imbuh dia.

Dari segi target pasar, wilayah Jawa Barat dan Jawa Timur diikuti oleh Riau, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara akan menjadi sasaran utama distribusi soda ash nantinya.

Menurut Rahmad, kebutuhan soda ash di wilayah ini diperkirakan mencapai hingga 789 ton per tahun untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan kaca, keramik, dan detergen.

Dengan dibangunnya pabrik soda ash ini, beban emisi CO2 perusahaan bukan hanya berkurang, tapi juga akan dimanfaatkan menjadi bahan yang lebih bermanfaat untuk industri dan kebutuhan harian masyarakat dengan menerapkan praktik ekonomi sirkular.

Baca juga: Jokowi Sebut di Kaltara Bakal Dibangun Pabrik Baterai EV, Aluminium, dan Petrokimia

Pabrik soda ash milik PKT pun nantinya berpotensi untuk menyerap lebih lanjut ekses CO2 sekitar 170.000 ton per tahun yang tidak berasal dari pembakaran (combustion) bahan bakar fosil, sesuai dengan prinsip Greenhouse Gas Emission (GGE).

PKT sebagai pelaku industri petrokimia optimistis untuk membuka peluang produksi soda ash di Indonesia demi mengurangi ketergantungan impor ke depannya.

"Rencana ini juga sejalan dengan target perusahaan menuju net zero emission di tahun 2060, dengan pengolahan emisi dan ekses produksi dari pabrik dan menjadikannya sebagai komoditas baru bernilai tambah,” tutup Rahmad.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com