Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Redam Inflasi, Inggris Naikkan Suku Bunga Lagi

Kompas.com - 12/05/2023, 14:30 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank of England (BoE) menaikkan suku bunga sebesar 0,25 persen demi menjaga inflasi. Inggris juga sedang dalam upaya untuk menghindari resesi karena harga energi jatuh.

Keputusan tersebut merupakan kenaikan 12 kali beturut-turut. Saat ini suku bunga pinjaman utama untuk bank komersial di Inggris menjadi 4,5 persen, atau tertinggi sejak Oktober 2008.

Gubernur Bank of England Andrew Bailey mengatakan, inflasi saat ini masih dinilai terlalu tinggi. Pihaknya sendiri membidik target dapat meredam laju inflasi sampai angka 2 persen.

Inflasi yang rendah dan stabil adalah fondasi ekonomi yang sehat,” kata dia dikutip dari CNN, Jumat (12/5/2023).

Baca juga: Inflasi Kian Menyusut, BI Akan Turunkan Suku Bunga?

Saat ini, bank sentral Inggris mengharapkan ekonomi Inggris dapat tumbuh sebesar 0,25 persen tahun ini dan 0,75 persen pada tahun 2024.

Peningkatan prospek terutama mencerminkan penurunan signifikan dalam harga gas alam global dan ketahanan ekonomi yang lebih besar dari pada yang diantisipasi, termasuk tingkat lapangan kerja yang tinggi.

Di sisi lain, Bailey memperkirakan inflasi yang masih di atas 10 persen akan turun dalam beberapa bulan ke depan.

Namun, pihaknya tetap memperhatikan indikator yang memengaruhi inflasi seperti pengetatan di pasar pekerjaan, perilaku pertumbuhan upahm dan inflasi harga jasa.

"Jika ada bukti tekanan yang terus-menerus, maka pengetatan lebih lanjut dalam kebijakan moneter akan diperlukan," imbuh dia.

Baca juga: Usai The Fed, Giliran Bank Sentral Eropa Naikkan Suku Bunga 25 Basis Poin

Bank of England adalah bank sentral besar pertama di dunia yang menaikkan suku bunga setelah pandemi pada Desember 2021, tetapi inflasi tetap tinggi di Inggris karena melonjaknya harga pangan dan energi.

Selain itu, negara juga dibayangi dengan masalah rendahnya pengangguran dan kekurangan pekerja. Hal itu mendorong kenaikan tingkat upah.

Data bulan lalu menunjukkan tingkat inflasi tahunan turun menjadi 10,1 persen di bulan Maret, dari 10,4 persen di bulan Februari, masih jauh lebih tinggi dibandingkan di Amerika Serikat dan Eropa.

Bank sentral juga melaporkan, tahun lalu harga makanan melonjak 19,2 persen ditopang oleh peningkatan harga roti dan sereal. Harga makanan diperkirakan akan mereda dalam beberapa bulan mendatang.

Sementara itu, kenaikan upah pekerja di Inggris telah mencapai 6,6 persen sampai Februari 2023. Ini menambah masalah inflasi meskipun kenaikan gaji tidak mengimbangi lonjakan harga.

Pekerjaan Bank of England juga dipersulit oleh ekonomi yang lesu. Kenaikan suku bunga akan menghambat pertumbuhan ekonomi karena membuat pinjaman dan hipotek lebih mahal. Ini akan membebani pengeluaran bisnis dan konsumen.

Dalam perkiraan terbarunya, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan, produk domestik bruto Inggris akan menyusut sebesar 0,3 persen tahun ini. Prediksi itu akan menjadi kinerja terburuk dari ekonomi negara maju mana pun.

Baca juga: The Fed Naikkan Suku Bunga ke Level Tertinggi 16 Tahun, Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com