Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Hutan di Kanada Bikin Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 1 Persen, Kok Bisa?

Kompas.com - 16/05/2023, 08:06 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia naik lebih dari 1 persen pada akhir perdagangan Senin (15/5/2023) waktu setempat atau Selasa pagi WIB. Kenaikan ini dipicu prospek pengetatan pasokan minyak di pasar global.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent naik 1,4 persen atau 1,06 dollar AS ke level 75,23 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,5 persen atau 1,07 dollar AS ke level 71,11 dollar AS per barrel.

Pergerakan harga minyak dunia dipengaruhi kondisi kebakaran hutan di Alberta, Kanada, yang menutup pasokan minyak mentah dalam jumlah besar.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Jatuh Dibebani Data Pengangguran dan Konflik Plafon Utang AS

Analis Mizuho Robert Yawger menilai, kekhawatiran pasar terkait semakin memburuknya kebakaran tersebut turut mengerek harga minyak mentah.

Setidaknya produksi 300.000 barel setara minyak per hari (boepd) ditutup pada pekan lalu di Alberta. Pada 2016, kebakaran hutan melumpuhkan lebih dari 1 juta boepd produksi dari kawasan tersebut.

Di sisi lain, pasokan minyak global juga berpotensi semakin mengetat di paruh kedua tahun ini, lantaran Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, atau OPEC+ berencana kembali mengurangi produksinya.

"Pemotongan OPEC+ cenderung memiliki dampak yang lebih besar saat kita melewati musim panas, karena upaya sebelumnya untuk menyeimbangkan pasar diimbangi oleh kelemahan musiman dan pelepasan cadangan strategis," kata analis Third Bridge Peter McNally.

Kini Amerika Serikat (AS) dapat mulai membeli minyak kembali guna mengisi cadangan minyak strategis (SPR) setelah menyelesaikan penjualan yang diamanatkan kongres pada bulan Juni, kata Menteri Energi Jennifer Granholm kepada anggota parlemen pada hari Kamis.

Kendati kondisi pasokan minyak global yang berpotensi mengetat mendorong kenaikan harga, namun kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global masih membatasi kenaikan tersebut.

Pekan lalu, kedua tolok ukur minyak dunia, Brent dan WTI, mengalami penurunan mingguan terpanjang sejak September 2022. Ini sekaligus penurunan selama 4 minggu berturut-turut.

Penurunan tersebut didorong kekhawatiran pasar terhadap resesi ekonomi AS dan risiko gagal bayar utang pemerintah AS pada awal Juni 2023.

"Jika kondisi utang AS mereda selama beberapa bulan mendatang, maka meredakan kekhawatiran untuk ekonomi terbesar dunia. Harga minyak pun dapat bangkit kembali tanpa bantuan, tetapi tampaknya sedikit prematur pada saat ini," kata analis Oanda, Craig Erlam.

Baca juga: Jual BBM Subsidi Tidak Tepat Sasaran, SPBU Bisa Kena Denda Rp 60 Miliar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Sumber CNBC
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com