Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Medio by KG Media
Siniar KG Media

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Terleker: Bisnis Makanan Jadul yang Kekinian

Kompas.com - 19/05/2023, 11:07 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Indonesia memiliki berbagai jajanan tradisional yang sudah eksis sejak dahulu kala. Misalnya saja leker yang namanya diambil dari bahasa Belanda ‘lekker’ yang berarti enak.

Hingga kini, jajanan yang tak lekang oleh waktu ini telah memiliki banyak varian yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Selain itu, leker adalah jajanan yang disukai oleh berbagai kalangan dan kerap ditemui di depan sekolah-sekolah.

Chandra Lie, Founder Terleker, dalam siniar CUAN edisi Cerita Bisnis episode “Jajanan Era 90-an by Terleker” dengan tautan akses dik.si/CUANTerleker, pun menceritakan lika-likunya dalam membangun bisnis leker yang dimodifikasi menjadi lebih kekinian.

Terinspirasi Membawa Leker Jadi Modern

Chandra memulai bisnis ini pada 2020. Tepat saat pandemi muncul, ia memiliki banyak waktu luang dan akhirnya terlintas soal leker. Ia mengingat banyak orang yang masih tertarik dengan jajanan tradisional ini. Akhirnya, ia pun berinisiatif ingin membuat leker lebih modern.

Itu sebabnya, pria ini mengutamakan pada pengalaman yang ditawarkan kepada para konsumennya.

Dengan membangun tempat di dalam ruko, Chandra ingin menawarkan konsumennya agar bisa mengonsumsi leker di tempat lebih nyaman sebab selama ini leker identik dengan jajanan pinggir jalan.

Baca juga: Pentingnya Talenta sebagai Kekuatan Diri

Alhasil, ia pun jadi selektif dalam memilih bahan dan menghadirkan varian-varian yang lebih premium. Bahkan, Chandra mengaku variannya akan terus berkembang berdasarkan riset timnya berdasarkan apa yang konsumennya suka.

Menurutnya, dalam bisnis F&B, konsumen cenderung akan lebih cepat bosan sehingga ia harus siap jika harus membuat varian-varian baru.

Kunci Bisnis Harus Siap Rugi

Menurut Chandra, dalam merintis bisnis, kita harus siap rugi. Sebab, bisnis tak akan selalu memberikan keuntungan. Menurutnya, bisnis itu sama seperti fase pertumbuhan manusia, mulai dari anak-anak hingga dewasa. Setiap fasenya itu pun harus dijaga dengan baik.

Setelah mencapai fase dewasa, keberlangsungan bisnis juga perlu dikelola. Pasalnya, fase ini adalah fase yang lebih sulit daripada saat bertumbuh. Hal ini Chandra lakukan dengan memastikan kualitas produknya serta menjaga pelayanannya.

Inilah mengapa pola pikir agar tetap optimis penting dimiliki bagi setiap pebisnis. Terlebih, dalam bisnis F&B, kualitas bahan yang digunakan tak boleh berubah. Alasannya adalah bahan-bahan inilah yang nantinya akan disajikan kepada para pelanggan sehingga harus premium.

Selain itu, kita juga harus bisa beradaptasi. Terleker sendiri adalah bisnis yang berawal dari ruko kecil. Setelah mengevaluasi, Chandra pun memutuskan membuka cabang dengan konsep berbeda, yaitu membuka gerai di pasar modern. Usahanya pun membuahkan hasil karena penjualan lekernya meningkat.

Baca juga: Tips Memulai Bisnis Keluarga

Bahkan, saat bisnisnya pertama kali dibuka, pria ini dan tim harus mengalami kegagalan karena produk tidak siap saat pelanggan sudah di depan mata. Besoknya, ia pun mencari ahli membuat leker dari luar kota dan belajar membuat leker yang tepat saat itu juga.

Alhasil, ia pun langsung mengganti semua bahan yang tidak sesuai saat itu juga. Chandra bahkan mengungkapkan, “Kalau gak ada hari itu, gak ada hari ini saya hampir menjalankan selama dua tahun.”

Lantas, bagaimana caranya Chandra untuk bangkit dan menetapkan strategi promosi bagi Terleker? Dengarkan perbincangan lengkapnya dalam siniar CUAN edisi Cerita Bisnis episode “Jajanan Era 90-an by Terleker” dengan tautan akses dik.si/CUANTerleker.

Akses juga episode lainnya melalui playlist CUAN di YouTube Medio by KG Media.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com