Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Simak 3 Cara agar Perusahaan Startup Tidak "Gulung Tikar"

Kompas.com - 06/06/2023, 21:40 WIB
Ade Miranti Karunia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Sebanyak 80 persen hingga 90 persen perusahaan rintisan atau startup di Indonesia gagal bertahan.

Menurut Reza Zamir yang merupakan Product Manager Sevima, kondisi tersebut cukup memprihatinkan karena startup berpeluang mengembangkan potensi ekonomi digital Indonesia, dan memecahkan berbagai permasalahan global.

Hal tersebut dia tuturkan dalam Seminar Hack4ID Gerakan Nasional 1000 Startup Digital, di Kota Batu, Jawa Timur, Selasa (6/6/2023).

Dia pun berbagi pengalamannya mengelola platform Sevima yang bergerak di sistem akademik sekaligus Startup Education Technology. Adapun upaya mempertahankan perusahaan rintisan sebagai berikut:

Baca juga: Kenapa Startup Banyak yang Melakukan PHK?

Ciptakan Aplikasi Bisa Atasi Masalah

Kata Reza, tak sedikit pendiri startup yang menggebu-gebu dalam membuat aplikasi digital tanpa memperhatikan masalah yang dihadapi masyarakat. Dampak dari kesalahan ini cukup fatal, aplikasi digital jadi tidak dilirik oleh masyarakat sehingga mengakibatkan startup gulung tikar.

Oleh karena itu, aplikasi digital harus diciptakan startup sesuai dengan masalah yang dihadapi masyarakat.

"Bahkan bisa menjadi pelanggan setia ketika aplikasinya terbukti cocok dan disukai masyarakat!," ujarnya.

Dia mencontohkan solusi dalam hal pembayaran uang kuliah, dimana dulunya harus dilakukan dengan cara mengantre di loket atau kasir kampus.

"Katakanlah masalah bayar kuliah, dengan platform Sevima kampus tidak perlu repot mengecek satu persatu apakah mahasiswa sudah bayar, dan mahasiswa tidak perlu capek-capek antre bayar kuliah di kampus. kata Reza.

Riset dan Fokus Ketahui Permasalahan Masyarakat

Tips kedua ala Reza adalah startup harus melakukan riset kebutuhan pengguna terlebih dahulu. Riset juga harus mempertimbangkan nilai ekonomis. Seperti apakah masyarakat nantinya mau membayar solusi yang ditawarkan atau tidaknya.

Baca juga: Marak PHK di Startup, Kemenparekraf Imbau Perusahaan Tak Lagi Bakar Duit

Malah dirinya mengajak para pendiri startup untuk melakukan "blusukan". Karena dengan cara tersebut maka bisa mendengarkan langsung permasalahan masyarakat serta mendiskusikan solusinya bersama-sama.

"Membuat teknologi yang dibutuhkan, justru paling terakhir yang kita buat. Kita harus validasi dulu, riset dan fokus untuk ketahui permasalahan masyarakat. Bersama-sama, kita bisa mencari solusi yang bernilai ekonomis, buat bisnis proses, baru ke pembuatan teknologinya," ucap Reza.

Sediakan Waktu 6 Bulan untuk Belajar dan Bereksperimen

Untuk makin memperkuat bekal dalam mendirikan startup, maka dibutuhkan setidaknya enam bulan pertama saat mendirikan startup menjadi hal mutlak.

Pasalnya, dalam rentang waktu tersebut dapat terlihat apakah startup yang dirintis berjalan atau tidak. Kemudian, eksperimen perusahaan rintisan dalam menciptakan aplikasi digital sudah dapat dilihat hasil awalnya dalam enam bulan pertama.

Jika dalam rentang tersebut ternyata aplikasi tidak digunakan oleh masyarakat, maka dia menyarankan untuk pivot atau mengganti model bisnis. Namun jika benar-benar tidak mendapatkan keuntungan, dianjurkan tutup usaha.

"Dalam waktu enam bulan sejak kita buat startup tapi tidak menemukan pengguna, lebih baik kita pivot atau ganti bisnis modelnya. Jika sudah enggak bisa juga setelah ganti bisnis model, lebih baik tutup dan mulai yang benar-benar berbeda. Karena untuk jalankan startup itu jelas membutuhkan dana, waktu, pikiran. Kalau terus-terusan fokus ke hal yang tidak menghasilkan akan merugikan diri sendiri, tidak menyelesaikan masalah orang lain tapi malah numpuk masalah!," pungkas Reza.

Baca juga: Soal Silicon Valley Bank, Sandiaga: Mesti Waspada, Anggap Stress Test bagi Startup

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com