Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Cara Kerja Reksa Dana Dollar di Indonesia

Jika dirunut, tidak ada aturan yang mengklasifikasikan reksa dana dalam kategori Rupiah atau US Dollar. Yang ada, adalah reksa dana, misalkan jenis reksa dana saham, menggunakan US Dollar sebagai denominasi mata uangnya.

Untuk itu, terdapat reksa dana saham yang mata uangnya rupiah dan juga reksa dana saham yang mata uangnya USD.

Perbedaan mata uang tidak menjadikan kebijakan investasinya berbeda. Pengelolaan reksa dana, tunduk pada Peraturan Reksa Dana Berbentuk Kontrak Investasi Kolektif.

Mau rupiah ataupun US Dollar, kebijakan investasi di luar negeri hanya maksimal 15 persen. Artinya, jika reksa dana memiliki besaran dana kelolaan atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp 100 M, maka maksimal yang boleh diinvestasikan pada luar negeri adalah sebesar Rp 15 M saja.

Selain itu, ada ketentuan bahwa informasi dari instrumen luar negeri baik itu saham ataupun obligasi yang menjadi tujuan investasi harus dapat diakses melalui media massa atau internet. Dengan demikian, investor dapat melakukan pengecekan kinerja instrumen investasi tersebut.

Pada praktiknya kebanyakan manajer investasi reksa dana USD yang menempatkan sebagian besar atau bahkan semuanya di instrumen dalam negeri baik dalam bentuk deposito, obligasi dan saham.

Deposito USD, Obligasi USD dan Saham rupiah

Untuk deposito USD, karena mengacu kepada Fed Fund Rate (suku bunga bank sentral Amerika Serikat), tingkat bunga yang diberikan relatif kecil sehingga kurang kompetitif. Untuk meningkatkan kinerja, biasanya manajer investasi melakukan penempatan pada obligasi dan saham.

Sama seperti deposito, terdapat juga obligasi yang diterbitkan, baik oleh perusahaan ataupun pemerintah yang mata uangnya dalam bentuk USD. Untuk obligasi USD terbitan pemerintah Republik Indonesia, dikenal juga dengan sebutan obligasi Indon.

Jatuh tempo obligasi bervariasi, mulai dari 3 tahun, hingga lebih dari 10 tahun. Dalam konteks strategi pengelolaan investasi, semakin panjang jangka waktu obligasi, semakin tinggi pula potensi risk and return-nya.

Jika manajer investasi meyakini bahwa tingkat suku bunga akan menurun, biasanya obligasi yang menjadi pilihan adalah yang jangka panjang karena berpotensi memberikan kenaikan harga yang paling tinggi. Sebaliknya jika tingkat suku bunga akan meningkat, maka manajer investasi akan mengurangi risiko dengan membeli obligasi jangka pendek.

Untuk saham agak berbeda karena di Indonesia tidak ada saham yang ditransaksikan dalam mata uang USD.

Untuk itu, setiap kali manajer investasi membeli saham, maka dia akan menukar uang dari USD ke Rp untuk membayar saham dan sebaliknya ketika menjual saham maka hasil penjualan dalam bentuk Rp akan ditukar kembali ke USD.

Contoh, reksa dana USD dengan dana kelolaan USD 1 juta membeli saham pada harga Rp 7.000 sebanyak 10.000 lembar sehingga total Rp 70.000.000. Dengan asumsi kurs saat transaksi Rp 14.000 / USD, maka reksa dana akan menukar USD 5.000 ke Rp (5.000 x 14.000 = Rp 70 juta) untuk keperluan pembayaran.

Kemudian harga saham naik menjadi Rp 7.700 dan manajer investasi menjual semuanya. Dana diperoleh adalah Rp 7.700 x 10.000 = Rp 77 juta. Dengan asumsi kurs saat transaksi tetap di Rp 14.000 / USD, maka reksa dana akan memperoleh Rp 77 juta / 14.000 = USD 5.500.

Bagaimana jika kurs pada saat penjualan berubah?

Misalkan kurs Rp menguat ke Rp 13.500 / USD, maka reksa dana akan menerima Rp 77 juta / 13.500 = USD 5703. Lebih banyak 203 USD dibandingkan jika kursnya tetap.

Sebaliknya jika kurs Rp melemah ke Rp 14.500 / USD, maka reksa dana akan menerima Rp 77 juta / 14.500 = USD 5310. Lebih sedikit 190 USD dibandingkan jika kursnya tetap.

Dengan demikian untuk reksa dana USD yang berinvestasi pada saham Rp, ketika Kurs Rp menguat terhadap USD, maka akan memberikan dampak positif. Sebaliknya ketika Kurs Rp melemah terhadap USD, maka dampaknya negatif terhadap kinerja reksa dana.

Efek perubahan kurs sendiri tidak berpengaruh terhadap reksa dana USD yang investasinya di deposito USD dan Obligasi USD karena tidak ada proses konversi nilai tukar.

Saham USD

Terdapat jenis reksa dana USD yang investasinya dilakukan pada saham dengan mata uang USD yaitu Reksa Dana Syariah Efek Global. Sesuai dengan namanya, jenis reksa dana ini memiliki kebijakan investasi minimum 50 persen di instrumen luar negeri.

Pada praktiknya, penempatan investasi di luar negeri bisa sampai dengan 100 persen sesuai kebijakan dari manajer investasinya. Negara yang menjadi tujuan penempatan tidak spesifik harus di Amerika Serikat, tapi bisa juga di Asia Pasifik, Eropa atau kombinasinya.

Umumnya, saham yang menjadi tujuan pembelian sudah dalam mata uang USD sehingga tidak ada risiko konversi kurs seperti halnya investasi pada saham Indonesia. Untuk itu, mau Rp menguat atau melemah terhadap USD, tidak ada pengaruhnya terhadap kinerja reksa dana jenis ini.

Salah satu hal yang membedakan antara Reksa Dana Syariah Efek Global dengan Reksa Dana Dollar yang berinvestasi di Indonesi adalah waktu pengumuman NAB per Upnya. Biasanya harga reksa dana diumumkan setiap pagi melalui media massa dan sudah bisa diakses sekitar jam 9 pagi di website masing-masing manajer investasi / media massa.

Namun karena investasinya dilakukan pada negara lain yang waktu penutupan bursa sahamnya mungkin berbeda jauh dengan Indonesia seperti di Eropa atau Amerika Serikat, waktu pengumuman NAB per Upnya bisa agak terlambat. Bisa siang hari atau baru diumumkan keesokan harinya lagi.

Hal ini bukanlah suatu kekurangan, hanya saja perlu dipahami agar investor yang sudah terbiasa dengan reksa dana konvensional tidak bingung dengan ketentuan ini.

Secara kinerja, Reksa Dana Syariah Efek Global berinvestasi pada saham dan obligasi di luar negeri yang pergerakan harganya bisa berbeda dengan di Indonesia. Untuk itu, dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman terhadap kondisi ekonomi dari negara yang menjadi tujuan investasi selain di Indonesia.

Harus disadari juga, dalam beberapa tahun terakhir, harga saham di negara lain juga bergejolak seiring dengan kebijakan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat dan isu perang dagang. Hal ini juga berdampak terhadap kinerja Reksa Dana Syariah Efek Global.

Berikut ini adalah produk reksa dana dollar di Indonesia

Sumber : Infovesta.com, diolah per 25 Februari 2019

Investor yang membutuhkan diversifikasi dan kebutuhan investasi ke luar negeri bisa mempertimbangkan Reksa Dana Syariah Efek Global, sementara bagi investor yang membutuhkan investasi USD namun ingin tetap investasi di Indonesia bisa memilih Reksa Dana US Dollar dengan jenis sesuai profil risikonya.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.

https://money.kompas.com/read/2019/03/01/135533026/mengenal-cara-kerja-reksa-dana-dollar-di-indonesia

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke