Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kos-kosan, Bisnis Sampingan yang Menguntungkan untuk Mereka yang Bekerja

Bisnis kos-kosan cukup menjanjikan untuk dijalankan, karena pemilik bisa mendapatkan pasivep income. Mereka tak perlu memikirkan pengelolaan bisnis yang rumit seperti mengurus perusahaan atau bisnis lain yang yang memer keterlibatan penuh dari pemiliknya.

Hal inilah yang membuat bisnis kos-kosan begitu digemari oleh mereka yang memiliki pekerjaan tetap. Karena, mereka tetap bisa fokus dengan pekerjaannya. Sedangkan aset mereka bisa terus menghasilkan uang.

Seperti yang  dilakukan Hery Trianto. Pria yang bekerja sebagai jurnalis ini memulai bisnis propertinya di daerah Serpong 11 tahun lalu. Saat itu, daerah tersebut belum menjadi kawasan yang banyak dilirik untuk ditinggali.

Memang saat itu sudah ada perumahan elit seperti Bumi Serpong Damai yang dibentuk menjadi kota mandiri. Namun, kelasnya untuk pendapatan menengah ke atas.

Masyarakat masih memilih Bekasi ataupun Depok untuk tinggal di pinggiran Jakarta.

Meski begitu, Hery melihat area ini punya prospek menjanjikan di masa depan.

"Ada kota mandiri, ada jalur kereta api, ada perencanaan tol yang dulu masih Bintaro-BSD. Kan ini ada prospek," ujar Hery kepada Kompas.com, Senin (4/3/2019).

Selain itu, letaknya berada di selatan yang mana datarannya lebih tinggi. Posisi ini membuat wilayah Serpong jauh dari banjir. Air tanahnya juga bagus dan jernih. Oleh karena itu, Hery membangun rumah kos khusus pria dengan 19 kamar di sana.

Benar saja, kini harga properti di Serpong naik berkali-kali lipat dari 10 tahun lalu.

Hery mulai membuat kos-kosan dengan membeli tanah seluas 220 meter persegi. Saat itu, tanahnya dijual Rp 1,2 juta permeter persegi. Harga tersebut termasuk murah dibandingkan rata-rata harga tanah di BSD sekitar Rp 1,7 juta permeter persegi.

Setelah membangun selama setahun, kos-kosan Hery mulai beroperasi pada 2008.

"Belum jadi sudah banyak yang mau karena tempatnya strategis dekat pusat perbelanjaan dan fasilitas umum, ada jalan tol," kata Hery.

Omzet Rp 19 juta Per Bulan

Hery berhasil meraup kurang lebih Rp 19 juta perbulan dari kos-kosan tersebut. Setiap kamar rata-rata disewakan Rp 1 juta perbulan, belum termasuk biaya lainnya. Hasil kotor tersebut kemudian dipotong untuk membayar air, listrik, perawatan, dan penjaga rumah kos.

Pendapatan tersebut cukup lumayan sebagai pendapatan sampingan. Apalagi bisnis yang dia jalankan itu juga tidak menyita waktunya saat bekerja.

Hery mengatakan, bisnis rumah kos tipikal pendapatan pasif yang datang dari biaya sewa. Di luar itu, kenaikan harga properti dari tahun ke tahun terus bertambah sehingga pendapatannya bisa lebih besar lagi.

Setelah 11 tahun menjalani bisnis tersebut, ia telah melunasi cicilan dari bank yang sebelumnya digunakan untuk membangun rumah kos.

Omzet per bulan itu, selain untuk tambahan biaya sehari-hari, juga dia gunakan juga untuk berinvestasi di sektor riil dan asuransi.

Bisnis untuk Antisipasi

Hery mengaku mulai tertarik bisnis properti di tahun kelima bekerja sebagai jurnalis. Saat itu ia berpikir, sebagai pegawai swasta, bisa saja sewaktu-waktu ia kehilangan pekerjaan. Oleh karena itu perlu ada pemasukan tambahan yang bisa menjadi cadangan jika hal yang tak diinginkan terjadi.

Ada hikmahnya juga, setelah berbisnis rumah kos, isterinya tak lagi perlu bekerja untuk membantu pendapatan bulanan.

"Sekarang sudah ada kosan sudah ada pegangan lain. Setelah 2010 sudah settle semua, dia (isteri) berhenti kerja dan bisa urus anak," kata Hery.

https://money.kompas.com/read/2019/03/04/140204226/kos-kosan-bisnis-sampingan-yang-menguntungkan-untuk-mereka-yang-bekerja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke