NEW YORK, KOMPAS.com - Saham pabrikan pesawat Boeing Co menukik tajam pada perdagangan Senin (11/3/2019) waktu setempat hingga menembus 12 persen. Ini menyusul beberapa maskapai yang memutuskan untuk sementara tidak mengoperasikan pesawat Boeing 737 Max 8 pascajatuhnya pesawat Ethiopian Airlines berjenis tersebut.
Ini adalah kecelakaan kedua yang menimpa pesawat Boeing 737 Max 8 dalam lima bulan terakhir. Sebelumnya pada Oktober 2018, pesawat Boeing 737 Max 8 milik Lion Air jatuh di perairan Karawang, Jawa Barat.
Dikutip dari Reuters, penurunan saham ini dipandang menjadi yang terburuk bagi Boeing dalam hampir dua dekade terakhir. Padahal, pada pekan lalu, saham Boeing mencatat rekor tertinggi hingga mencapai level 446 dollar AS.
Pesawat Ethiopian Airlines jatuh hanya beberapa menit setelah lepas landas dari Addis Ababa menuju Nairobi, Kenya pada Minggu (10/3/2019). Seluruh penumpang dan kru yang berjumlah 157 orang tewas.
Pada hari ini, regulator penerbangan China memutuskan untuk melarang sementara hampir 100 pesawat Boeing 737 Max 8 yang dioperasikan oleh maskapai-maskapai China pascajatuhnya pesawat Ethiopian Airlines. Maskapai Ethiopian Airlines sendiri pun memutuskan untuk tidak mengoperasikan Boeing 737 Max 8 hingga waktu yang belum ditentukan.
"Kita mengantisipasi meningkatnya volatilitas saham Boeing. Meski terlalu dini untuk disimpulkan, namun kemungkinan ada kekhwatiran mengenai keamanan, produksi, larangan terbang, dan/atau biaya, yang seharusnya bisa dikelola dalam jangka panjang," kata analis Morgan Stanley Rajeev Lalwani.
Pada tahun lalu, saham Boeing ambrol 12 persen dalam beberapa pekan berturut-turut setelah pesawat Lion Air JT 610 jatuh. Sementara saham pesaing terberat Boeing, yakni Airbus SE justru menguat.
https://money.kompas.com/read/2019/03/11/200629426/pesawat-ethiopian-airlines-jatuh-saham-boeing-menukik-tajam