Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Akankah Maskapai Nasional Stop Pemesanan Pesawat Boeing 737 Max?

Akibat kecelakaan itu 189 orang meninggal dunia. Pesawat Boeing 737 Max 8 yang jatuh itu dioperasikan oleh maskapai Lion Air.

Selang lima bulan kemudian, pesawat buatan Boeing Co itu kembali menjadi sorotan.

Pasalnya, pesawat yang dioperasikan Ethiopian Airlines mengalami kecelakaan dalam perjalanan dari Addis ke Nairobi, Kenya pada Minggu (10/3/2019). Akibat kecelakaan itu, 149 penumpang dan 8 kru pesawat dikabarkan tewas.

Menariknya, jenis pesawat tersebut ternyata banyak dipesan oleh maskapai Indonesia. Lion Air memesan pesawat itu sebanyak 222 unit. Sedangkan Garuda Indonesia juga memesan pesawat itu sebanyak 50 unit.

Namun, unit pesawat yang saat ini baru diterima Lion Air sebanyak 11. Jumlah tersebut termasuk yang terjatuh di Tanjung Kerawang pada Oktober 2018 lalu.

Sedangkan Garuda Indonesia, baru mengoperasikan satu unit pesawat jenis tersebut.

Lantas, setelah mengalami dua kali kecelakaan apakah dua maskapai Indonesia akan tetap melanjutkan pemesanan pesawat tersebut?

Lion Air Group sendiri memutuskan menunda mendatangkan pesawat Boeing 737 Max 8 yang dipesannya pada tahun ini.

Managing Director Lion Air Group Daniel Putut mengatakan, penundaan dilakukan sampai hasil investigasi mengenai penyebab kecelakaan itu diketahui.

“Kita minta kepada Boeing (untuk menunda pengiriman), kita minta tunggu sampai investigasi selesai,” ujar Daniel di Kementerian Perhubungan, Rabu (13/3/2019).

Daniel menambahkan, jika sesuai rencana, seharusnya tahun ini ada empat pesawat Boeing 737 Max 8 yang akan datang. Namun, pihaknya meminta kedatangan itu ditunda.

“Istilahnya suspend delivery, sampai investigasi selesai. Supaya kita dapat jaminan. Sikap Lion seperti itu,” kata Daniel.

Saat ditanya apakah akan menghentikan pemesanan Boeing 737 Max setelah kejadian kecelakaan Ethiopian Airlines, Daniel kompak mengatakan belum bisa mengambil keputusan saat ini. Sebab, perusahaannya masih menunggu hasil investigasi mengenai penyebab kecelakaan tersebut.

Senada dengan Lion Air, Garuda Indonesia juga belum bisa mengambil keputusan apakah akan melanjutkan pemesanan pesawat Boeing 737 Max atau tidak.

“Nah itu belum tahu, kami masih evaluasi internal kami di Garuda. Kami juga menunggu hasil daripada investigasi, dari FAA, Dari Kemenhub. Kami sih mengikuti apa yang menjadi regulasi. Intinya kami mengutamakan keselamatan penerbangan," kata Direktur Teknik Garuda Indonesia, I Wayan Susena.

Wayan menjelaskan, pihaknya memutuskan membeli pesawat Boeing 737 Max karena pesawat yang biasa digunakan garuda tak lagi diproduksi. Pesawat tersebut, yakni Boeing 737-800.

“Karena 737 800 tidak produksi lagi. Kan Boeing mendesain tipe baru. Kita akan melihat apakah ini sesuai dengan bisnis kita atau tidak," ujar Wayan.

Wayan menambahkan, sesuai informasi spesifikasi yang diterimanya, pesawat Boeing 737 Max disebut lebih irit bahan bakar.

"Kalau sesuai spesifikasi dia lebih efisien dari sisi fuel. Waktu itu antara 10 sampai 15 persen (lebih irit) dibanding seri 800," kata Wayan.

Sementara itu, Kementerian Perhubungan selaku regulator mengaku tak bisa melarang maskapai untuk menghentikan pemesanan pesawat Boeing 737 Max. Sebab, pihaknya masih menunggu hasil rekomendasi dari Federal Aviation Administration (FAA).

“Operator sudah suspend sendiri delivery (pesawat Boeing 737 Max). Kami tidak perlu bersikap,” ujar Direktur Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Polana B Pramesti.

Menarik disimak, apakah maskapai akan tetap melanjutkan pemesanan pesawat Boeing 737 Max setelah dua kali mengalami kecelakaan?

https://money.kompas.com/read/2019/03/14/080200526/akankah-maskapai-nasional-stop-pemesanan-pesawat-boeing-737-max-

Terkini Lainnya

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke