Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Mansa Musa, Orang Paling Kaya Sepanjang Masa

Namun tahukan Anda, kekayaan Bezos tidak menjadikan dia sebagai orang paling kaya sepanjang masa.

Orang yang dinobatkan sebagai yang terkaya sepanjang sejarah adalah Mansa Musa, seorang penguasa Afrika Barat abad ke-14.

"Catatan kontemporer tentang kekayaan Musa begitu banyak sehingga hampir tidak mungkin untuk mengetahui seberapa kaya dan kuat dirinya sebenarnya," kata Rudolph Butch Ware, profesor sejarah di Universitas California, seperti dikutip dari BBC News, Sabtu (16/3/2019).

Pada 2012, situs web Amerika Serikat Celebrity Net Worth memerkirakan kekayaannya mencapai  400 miliar dollar AS,atau sekitar Rp 5.720 triliun. Tetapi para sejarawan ekonomi sepakat bahwa kekayaannya tidak dapat dijabarkan.

Pewaris Kerajaan Mali

Mansa Musa lahir pada tahun 1280 dalam keluarga penguasa. Saudaranya, Mansa Abu-Bakr, memerintah kekaisaran sampai 1312, ketika ia turun tahta untuk melakukan ekspedisi.

Menurut sejarawan Suriah abad ke-14, Shibab al-Umari, Abu-Bakr terobsesi dengan Samudera Atlantik dan segala isinya. Dia dilaporkan melakukan ekspedisi dengan armada 2.000 kapal, ribuan pria, wanita, dan budak. Namun Abu Bakr tidak pernah kembali. Banyak sejarawan yang mengira Abu Bakr telah menjelajahi Amerika Selatan, tapi tidak ada bukti kuat tentang itu.

Karena tidak pernah kembali, Mansa Musa mewarisi kerajaan yang ditinggalkannya. Di bawah pemerintahan Musa, kerajaan Mali tumbuh secara signifikan.

Kerajaan itu membentang sekitar 2.000 mil, dari Samudera Atlantik hingga Nigeria modern, meliputi Senegal, Mauritania, Mali, Burkina Faso, Nigeria, Gambia, Guinea-Bissau, Guinea, dan Pantai Gading. Tanah kerajaannya memiliki kekayaan sumber daya alam seperti emas dan garam.

Menurut Museum Inggris, selama pemerintahan Mansa Musa, kekaisaran Mali menyumbang hampir setengah emas di dunia.

"Sebagai penguasa, Mansa Musa memiliki akses hampir tak terbatas ke sumber kekayaan yang paling bernilai di dunia abad pertengahan," kata Kathleen Bickford Berzock, Spesialis seni Afrika di Block Museum of Art di Universitas Northwestern.

"Pusat-pusat perdagangan emas utama dan barang-barang lainnya juga berada di wilayahnya, sumber kekayaannya berasal dari perdagangan ini," tambahnya.

Perjalanan ke Mekkah

Meskipun Kekaisaran Mali merupakan kerajaan kaya, namun kerajaan itu tidak dikenal di dunia.  Hal itu akhirnya berubah saat Mansa Musa memutuskan untuk berziarah ke Mekkah, melewati Gurun Sahara dan Mesir. Musa dilaporkan meninggalkan Kerajaan Mali dengan 60.000 kafilah.

Puluhan ribu kafilah tersebut terdiri dari seluruh pengadilan kerajaan, pejabat, tentara, pedagang, pengemudi unta, 12.000 budak, kereta kambing, dan 100 ekor unta yang masing-masing membawa 100 pon emas murni.

Saking banyak dan kayanya, rombongan tersebut seperti kota yang bergerak melalui padang pasir, yang penduduknya dibalut brokat emas dan sutra persia terbaik. Pemandangan itu semakin mewah saat telah sampai di kota Kairo, Mesir.

Tragedi emas Kairo

Mansa Musa meninggalkan kesan yang mendalam bagi warga hingga orang-orang Kairo membicarakannya. Selama 3 bulan di Kairo, Mansa Musa membagi-bagi emas. Hal itu menyebabkan harga emas anjlok di kawasan itu selama 10 tahun sehingga menghancurkan perekonomian Mesir.

SmartAsset.com, perusahaan teknologi yang berbasis di Amerika Serikat, memerkirakan akibat depresiasi emas saat itu, ziarah Mansa Musa menyebabkan kerugian ekonomi sekitar 1,5 miliar dollar di seluruh Timur Tengah.

Dikenang Sejarah

Karena memberikan banyak emas kepada warga Mesir, kemurahan hati Mansa Musa yang berlebihan ini juga menarik perhatian dunia.

Pada peta atlas dari tahun 1375 terlihat sebuah gambar seorang raja Afrika duduk di atas takhta emas di atas Timbuktu, memegang sepotong emas di tangannya. Timbuktu pun menjadi tempat wisata yang dikunjungi turis karena cerita Mansa Musa ini.

Pada abad ke-19, kota ini masih memiliki status sebagai kota emas yang hilang di ujung dunia, sebuah mercusuar bagi pemburu dan penjelajah kekayaan Eropa. Hal ini sebagian besar dipicu oleh nama Mansa Musa 500 tahun sebelumnya.

Setelah berziarah ke Mekkah, Mansa Musa kembali dengan beberapa cendekiawan Islam, termasuk keturunan langsung Nabi Muhammad dan seorang penyair dan arsitek Andalusia bernama Abu Al-Haq As-Saheli, yang merancang sebuah masjid terkenal, Djinguereber.

Musa dilaporkan membayar penyair sebanyak 200 kg emas, jika dikonversikan ke dalam uang saat ini sekitar 8,2 juta dollar AS.

Selain mendorong seni dan arsitektur, ia juga mendanai sastra, membangun sekolah, perpustakaan, dan masjid. Timbuktu (saat ini Universitas Sankore) menjadi pusat pendidikan dan tempat menimba ilmu untuk para pelajar di seluruh dunia.

Setelah Mansa Musa wafat pada usia 57 tahun 1337, kekaisaran diwarisi oleh putra-putranya yang tidak dapat mempertahankan kejayaan yang dicapai sang ayah. Kekaisaran pun tercerai berai. Kedatangan bangsa Eropa selanjutnya di wilayah itu menyebabkan keruntuhan menyeluruh di kekaisaran Mali.

"Seandainya orang Eropa tiba dalam jumlah yang signifikan pada masa Musa, dan kekaisaran Mali pada masa jayanya, beberapa ratus tahun kemudian mungkin segalanya akan berubah," ujar Ware.

https://money.kompas.com/read/2019/03/16/160700526/kisah-mansa-musa-orang-paling-kaya-sepanjang-masa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke