Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kenapa Bank Besar Masih Bisa Raup Laba Besar?

DI tengah kelesuan ekonomi dewasa ini, ternyata bank besar tetap mampu meraih laba bersih yang besar pula. Kok bisa?

Bagaimana kinerja bank umum? Statistik Perbankan Indonesia yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 21 Februari 2019 menunjukkan bank umum sanggup meningkatkan penyaluran kredit 11,98 persen dari Rp 4.548 triliun per Desember 2017 menjadi Rp 5.093 triliun per Desember 2018.

Dana pihak ketiga (DPK) “hanya” naik 6,37 persen dari Rp 5.051 triliun menjadi Rp 5.373 triliun. Hal itu menyiratkan kegersangan likuiditas di pasar.

Oleh karena itu, loan to deposit ratio (LDR) melonjak dari 90,04 persen menjadi 94,78 persen di atas ambang batas 78-92 persen. Laba sebelum pajak pun naik 13,33 persen dari Rp 165 triliun menjadi Rp 187 triliun.

Hal itu mendorong kenaikan imbal hasil aset (return on assets/ROA) dari 2,45 persen menjadi 2,55 persen hampir dua kali ambang batas 1,5 persen. Artinya, kualitas aset (asset quality) bank umum makin baik.

Bagaimana perolehan laba bersih menurut bank umum kelompok usaha (BUKU)? BUKU 1 yang bermodal inti kurang dari Rp 1 triliun meraih laba bersih namun turun 2,23 persen dari Rp 716 miliar menjadi Rp 700 miliar.

Meskipun BUKU 2 (modal Rp 1 triliun hingga kurang dari Rp 5 triliun) mampu meraih laba bersih tetapi turun 10,70 persen dari Rp 10,28 triliun menjadi Rp 9,18 triliun. Hal itu menggambarkan kedua BUKU itu terlanda ekonomi yang kurang gizi ini.

Hanya BUKU 3 (modal Rp 5 triliun hingga kurang dari Rp 30 triliun) dan BUKU 4 (modal di atas Rp 30 triliun) yang sanggup menaikkan laba bersih.

BUKU 3 mampu menaikkan laba bersih 17,65 persen dari Rp 32,58 triliun menjadi Rp 38,33 triliun, sedangkan BUKU 4 pun dengan kenaikan laba bersih 14,32 persen dari Rp 86,59 triliun menjadi Rp 98,99 triliun. Wah!

Kini kita ambil contoh beberapa bank besar. BRI merajai perolehan laba bersih yang naik 11,60 persen dari Rp 29,04 triliun menjadi Rp 32,40 triliun. Kinerja unggul itu disusul Bank Mandiri dengan laba bersih yang melesat 21,40 persen dari Rp 20,60 triliun menjadi Rp 25,00 triliun.

Kemudian BCA menyusul dengan kenaikan laba bersih 10,90 persen dari Rp 23,31 triliun menjadi Rp 25,85 triliun. BNI mampu menggenjot kenaikan laba bersih 10,30 persen dari Rp 13,61 triliun menjadi Rp 15,01 triliun. CIMB Niaga menaikkan laba bersih 17,17 persen dari Rp 2,97 triliun menjadi Rp 3,48 triliun.

Faktor Kunci Keberhasilan

Lantas, faktor kunci keberhasilan (key success factors) apa saja yang mendorong bank besar mampu meraih laba tinggi?

Pertama, hal utama lantaran bank besar memiliki modal perkasa. Data menegaskan hanya BUKU 3 dan BUKU 4 yang mampu menaikkan laba bersih.

Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 14/26/PBI/2012 tentang Kegiatan Usaha dan Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank, Bank Indonesia (BI) menetapkan bahwa semakin tinggi modal akan semakin tinggi bagi bank untuk melakukan kegiatan usaha dan pembukaan jaringan kantor.

Kegiatan usaha perbankan antara lain meliputi penghimpunan dana, penyaluran dana, pembiayaan perdagangan (trade finance seperti ekspor, impor, bank garansi), treasury, kegiatan dalam valuta asing, keagenan dan kerja sama, sistem pembayaran dan electronic banking, penyertaan modal, penyertaan modal sementara untuk penyelamatan kredit dan jasa lainnya.

Intinya, bank besar sudah pasti memiliki keunggulan bersaing dalam saluran distribusi. Hal itu ditambah pemanfaatan teknologi informasi yang mampu melakukan penetrasi pasar dengan lebih leluasa.

Kedua, keunggulan bersaing dalam modal itu dapat mendorong penyaluran kredit yang lebih gendut dan luas.

Alhasil, bank besar dapat terus membiayai proyek infrastruktur seperti jalan tol, jalan kereta api, bandara, pelabuhan laut, irigasi dan pusat tenaga listrik. Proyek itu dibiayai dengan membagi risiko (risk sharing) melalui kredit sindikasi (syndicated loan) untuk memperkecil risiko.

Hanya bank besar yang mampu mengucurkan kredit infrastruktur. Mengapa?

Karena proyek infrastruktur membutuhkan dana besar dengan tenor menengah-panjang. Formulanya, makin panjang tenor, makin berisiko kredit tersebut.

Namun kredit infrastruktur tentu juga menghasilkan pendapatan bunga (interest income) yang amat gurih. Akibatnya, bank kecil tak bisa ikut membiayainya karena keterbatasan modal.

Ketiga, ingat hampir semua bank besar seperti BRI, Bank Mandiri, BNI dan BCA memiliki kantor di luar negeri.

BRI memiliki kantor di New York, Singapura, Hong Kong, Caymand Island dan Dili.  Bank Mandiri: Caymand Island, Shanghai, Hong Kong, Singapura, Dili, London dan Kuala Lumpur, BCA: Hong Kong dan Singapura dan BNI: Singapura, Tokyo, Osaka, Hong Kong, London, New York, Yangon dan Seoul.

Pastilah jaringan kantor di luar negeri menjadi kepanjangan bank besar dalam menjual produk dan jasa perbankan dalam menghimpun segunung pendapatan. Fakta yang sulit dibantah.

Keempat, ketika krisis moneter menggilas Indonesia pada 1997/1998, permodalan bank nasional hancur lebur. Untuk itu, pemerintah menerbitkan obligasi rekapitalisasi kepada 28 bank dengan Keputusan Bersama Menteri Keuangan RI dan Gubernur Bank Indonesia Nomor 53/KMK.017/1999 dan Nomor 31/12/KEP/GBI tentang Pelaksanaan Program Rekapitalisasi Bank Umum. Aturan ini ditetapkan pada 8 Februari 1999 tetapi berlaku surut pada 9 Desember 1998.

Bank nasional yang menerima obligasi rekapitalisasi adalah Bank Mandiri, BRI, BNI, BCA, Bank Niaga, Bank Lippo (Bank Niaga dan Bank Lippo telah merger menjadi CIMB Niaga pada 2009), Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia (BII), Bank Permata, Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Bukopin, Bank Patriot, Bank Prima Express, Bank Universal, Bank Bali dan Bank Arta Media.

Pun terdapat 12 bank dari 27 Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang menerima obligasi rekapitalisasi. BPD tersebut adalah BPD Nusa Tenggara Timur, BPD Bengkulu, BPD Lampung, BPD Nusa Tenggara Barat, BPD Sulawesi Utara, BPD Kalimantan Barat, BPD Jawa Timur, BPD Daerah Istimewa Aceh, BPD Maluku, BPD DKI Jakarta, BPD Sumatera Utara dan BPD Jawa Tengah.

Penerbitan obligasi rekapitalisasi itu bertujuan untuk memperkuat permodalan perbankan nasional. Walhasil, bank memperoleh bunga kupon sekitar 10 persen sehingga menguntungkan dari sisi finansial.

Kelima, namun bank besar wajib lebih waspada. Simaklah, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL net) BNI menebal dari 0,70 persen per Desember 2017 menjadi ,085 persen per Desember 2018, Panin Bank dari 0,77 persen menjadi 0,91 persen, Bank Danamon dari 1,82 persen menjadi 1,91 persen dan OCBC NISP dari 0,72 persen menjadi 0,82 persen. Dengan bahasa lebih bening, bank besar wajib menggenjot kualitas kredit.

Berbekal aneka faktor kunci keberhasilan demikian, amat patutlah bagi bank besar untuk meraih laba besar pula.

https://money.kompas.com/read/2019/03/19/194807226/kenapa-bank-besar-masih-bisa-raup-laba-besar

Terkini Lainnya

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Libur Lebaran, Injourney Proyeksi Jumlah Penumpang Pesawat Capai 7,9 Juta Orang

Whats New
Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Program Peremajaan Sawit Rakyat Tidak Pernah Capai Target

Whats New
Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Cara Cetak Kartu NPWP Hilang atau Rusak Antiribet

Whats New
Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Produsen Cetakan Sarung Tangan Genjot Produksi Tahun Ini

Rilis
IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis

Whats New
Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Sempat Ditutup Sementara, Bandara Minangkabau Sudah Kembali Beroperasi

Whats New
Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Sudah Salurkan Rp 75 Triliun, BI: Orang Siap-siap Mudik, Sudah Bawa Uang Baru

Whats New
Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Harga Naik Selama Ramadhan 2024, Begini Cara Ritel Mendapat Keuntungan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke