Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Darmin: Deindustrialisasi Itu Terjadi Saat Awal Krismon 1998

Namun Darmin enggan menyebut hal itu sebagai gejala deindustrialisasi. Sebab menurutnya, sektor Industri sudah mengalami pertumbuhan setelah diterpa krisis 1998.

"Penurunan peranan itu terutama terjadi sebenarnya 1998-2002. Tapi secara perlahan kita itu sudah bisa mempengaruhi supaya industrinya itu sudah mulai pertumbuhanya menyamai pertumbuhan ekonomi," ujar Darmin di ICE BSD, Tangerang, Jakarta, Senin (15/4/2019).

"Dengan demikian sebetulnya mau ditanya soal deindustrialisasi, itu pernah terjadi sebenarnya di republik ini tapi sebenarnya terutama terjadi waktu di awal-awal krismon," sambung dia.

Mantan Gubernur Bank Indonesia itu juga mngungkapkan, ada beberapa pihak yang menilai seharusnya sektor Industri Indonesia tetap tumbuh pesat untuk menopang ekonomi.

Bahkan disebutkan harus mencapai 30 persen terhadap PDB kontribusinya.

Namun Darmin mengatakan bahwa dunia sudah berubah. Perkembangan teknologi yang pesat dan sektor jasa yang besar, bisa mejadi pilar penopang baru selain sektor industri manufaktur.

"Kita hidup di dalam satu periode di mana persoalan jasa, persoalan pariwisata, digital, dan sebagainya itu masuk," kata Darmin.

"Begitu dia mulai masuk, manufaktur memang tidak selalu kemudian dicapai peranannya harus di atas 30 persen dari PDB," sambung dia.

Sebelumnya, calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto menyebut bahwa telah terjadi deindustrialisasi di Indonesia. Pernyataan ini disampaikan Prabowo dalam debat kelima Pilpres 2019, Sabtu (13/4/2019) malam.

Menurut Prabowo, ini merupakan langkah keliru dan harus diubah.

"Telah terjadi deindustrialisasi. Sekarang bangsa Indonesia tak produksi apa-apa ," kata Prabowo dalam yang berlangsung di Hotel Sultan, Jakarta.

https://money.kompas.com/read/2019/04/15/204353426/darmin-deindustrialisasi-itu-terjadi-saat-awal-krismon-1998

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke