Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Fintech Equity Crowdfunding, Alternatif Himpun Dana Tanpa IPO

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru menerbitkan peraturan terkait layanan urun dana melalui penawaran saham berbasis teknologi ini pada 31 Desember 2018 dalam Peraturan OJK Nomor 37/POJK.04/2018.

Sekilas mungkin sama dengan konsep investasi selama ini, di mana investor urun dana untuk mendanai suatu emiten tertentu. Namun, hal itu hanya dilakukan terhadap emiten terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sementara yang butuh pendanaan bukan hanya perusahaan yang sudah IPO. Equity Crowdfunding menjadi solusi bagi usaha kecil atau ritel yang ingin mendapat pendanaan tanpa harus melepas saham di bursa.

CEO Alumnia Agus Wicaksana mengatakan, layanan keuangan tersebut mempertemukan investor besar dengan pelaku usaha mikro. Sebab, masih banyak usaha kecil yang unbankable dan bingung untuk mendanai usahanya.

"Ini kaitannya dengan inklusi keuangan. Banyak yang akses ke financial services kurang dan juga golongan yang mulai tumbuh yakni masyarakat tanpa riba. Kita mau pertemukan itu," ujar Agus di Fintech Union, Jakarta, Kamis (9/5/2019).

Salah satu yang Alumnia lakukan yakni urun dana untuk proyek bangunan eco friendly yang terbuat dari bambu. Tanpa sama sekali menggunakan beton, rumah bambu itu bisa berdiri kokoh setinggi empat lantai. Keuntungannya dari segi lingkungan adalah bambu menyera karbondioksida sehingga sangat ramah bagi kesehatan.

"Ke depan kita cari proyek perusahaan yang bisa memanfaatkan lahan untuk menanam bambu. Kalau ini dikembangkan, akan ada industri terintegrasi yang eco friendly," kata Agus.

Perbedaan antara equity crowdfunding dengan investasi lain seperti pasar saham dan reksa dana yakni sifatnya yang profit sharing. Investor yang meminjamkan modal akan mendapatkan saham perusahaan, serta mendapatkan keuntungan perusahaan sesuai dengan porsi saham mereka.

Co Founder Likuid Kenneth Tali mengatakan, Equity Crowdfunding diibaratkan sebagai lapangan bola, di mana mempertemukan pemain yakni investor dengan bolanya yakni pengusaha kecil. Likuid sendiri bentuknya seperti marketplace, di mana terdapat investor dan juga produk-produk yang diinvestasikan.

Likuid fokus pada sektor startup dan industri kreatif.

"Kalau startup biasanya akan investasi ke orang yang lebih kenal. Nah, orang dari Surabaya, Kalimantan, Medan, mereka punya startup tapi tidak punya jaringan, mereka bisa kenalan di sini," jelas Kenneth.

Kenneth mengatakan, equity crowdfunding menarik bagi invetsor karna banyak industri yang tertutup karena limitasi akses dan uang. Misalnya, akses orang masuk ke bisnis properti terbatas karena butuh dana besar, sementara di kalangan menengah biasanya lari ke reksa dana.

Di luar itu, masih ada industri lain seperti industri kreatif yang butuh pendanaan, tapi bukan berbentuk perseroan terbuka (PT). Apalagi industri kreatif sedang gencar digalakkan di Indonesia.

Equity crowdfunding ini bisa dijadikan alternatif oleh investor kalangan menengah untuk mencoba membangun industri kreatif maupun usaha kecil lainnya.

"Industri ini bisa jadi jauh lebih booming karena mereka bisa lihat apa yang bisa mereka investasikan," terang Kenneth.

https://money.kompas.com/read/2019/05/09/143430326/mengenal-fintech-equity-crowdfunding-alternatif-himpun-dana-tanpa-ipo

Terkini Lainnya

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3, S1, dan S2

PT Pamapersada Nusantara Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3, S1, dan S2

Work Smart
Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Tur Wisata Lebaran Makin Ramai, Ini Strategi Dwidaya Tour Tetap Dorong Transaksi Tahun Ini

Whats New
Rupiah Tertekan, 'Ruang' Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Rupiah Tertekan, "Ruang" Kenaikan Suku Bunga Acuan BI Jadi Terbuka

Whats New
Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Hana Bank Catat Laba Bersih Rp 453 Miliar, Total Aset Naik

Whats New
Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air

Whats New
Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Genjot Energi Bersih, Bukit Asam Target Jadi Perusahaan Kelas Dunia yang Peduli Lingkungan

Whats New
HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

HM Sampoerna Bakal Tebar Dividen Rp 8 Triliun

Whats New
PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

PLN Nusantara Power Sebut 13 Pembangkit Listrik Masuk Perdagangan Karbon Tahun Ini

Whats New
Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Anak Muda Dominasi Angka Pengangguran di India

Whats New
Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Daftar 6 Kementerian yang Telah Umumkan Lowongan PPPK 2024

Whats New
Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Pembiayaan Kendaraan Listrik BSI Melejit di Awal 2024

Whats New
Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Peringati Hari Bumi, Karyawan Blibli Tiket Donasi Limbah Fesyen

Whats New
Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Great Eastern Hadirkan Asuransi Kendaraan Listrik, Tanggung Kerusakan sampai Kecelakaan Diri

Earn Smart
Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Setelah Akuisisi, Mandala Finance Masih Fokus ke Bisnis Kendaraan Roda Dua

Whats New
KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

KKP Gandeng Kejagung untuk Kawal Implementasi Aturan Tata Kelola Lobster

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke