BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Hala Gold
Salin Artikel

Jangan Asal Beli Perhiasan Emas, Teliti Kadarnya agar Tidak Menyesal

KOMPAS.com - Saat ini mengoleksi emas untuk tujuan investasi nampaknya sudah menjadi gaya hidup beberapa individu.

Hal ini karena investasi bisa memberikan manfaat positif bagi sektor keuangan pada masa mendatang.

Dengan berinvestasi, Anda juga bisa meraih keuntungan lainnya, seperti mengamankan kondisi keuangan, bisa memprediksi return atau keuntungan, serta bisa meraih tujuan-tujuan lain yang membutuhkan keuangan stabil untuk meraihnya.

Lalu, mengapa memilih emas?

Melansir artikel Kompas.com pada Minggu (21/4/2019), emas merupakan salah satu instrumen investasi yang bisa mengimbangi laju inflasi setiap tahunnya.

Selain itu, emas pun memiliki harga yang cenderung stabil sepanjang tahun sehingga cocok untuk dijadikan sebagai investasi jangka panjang.

Ditambah lagi, kemudahan untuk mengakses instrumen investasi yang satu ini juga menjadi daya tarik tersendiri.

Cermati kadar emas

Namun, sebelum Anda memulai untuk berinvestasi emas, ada baiknya untuk mencermati keaslian emas yang hendak Anda beli. Jangan sampai tujuan investasi Anda pupus karena kadar emas yang Anda beli ternyata tidak sesuai dengan kadar yang sesungguhnya.

Secara arti harfiah, kadar emas merupakan tingkat keaslian atau jumlah kandungan kemurnian emas. Biasanya, kadar emas dinyatakan dalam satuan karat.

Karat juga kerap disebut sebagai sistem pengukuran tingkat kemurnian emas. Kemurnian emas ini diukur berdasarkan jumlah persentase emas murni yang terkandung dalam suatu logam.

Sebagai contoh, emas 24 karat memiliki kandungan emas murni sebesar 99,00 persen sampai 99,99 persen. Kemudian, emas 22 karat memiliki kandungan emas murni sebanyak 22 per 24 dikali 99,99 persen, yakni 91,6 persen.

Namun sayangnya, ternyata emas yang beredar di pasaran kadarnya tidak selalu sesuai dengan perhitungan tersebut. Misalnya, ada emas dengan kadar 22 karat tapi hanya memiliki kandungan di bawah 91,6 persen.

“Memang, perhiasan emas yang saat ini beredar di masyarakat tidak semuanya memiliki kadar yang sesuai. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk mencermati kadar emas sebelum membeli,” ujar Retno kepada Kompas.com melalui sambungan telepon, Rabu (8/5/2019).

Cara yang paling mudah, lanjut Retno, untuk mengetahui kadar emas itu sudah sesuai atau belum adalah dengan memperhatikan apakah emas yang hendak Anda beli sudah mendapatkan sertifikasi SNI dari Lembaga Sertifikasi Produk (LSPro) Toegoe Kementerian Perindustrian.

“Untuk saat ini, sudah ada sertifikasi SNI 13-3487-2005 yang secara khusus mengatur bahwa kadar emas untuk 18 karat adalah yang memiliki kandungan emas murni 75,40 persen sampai 78,19 persen. Jadi, kalau ada emas 18 karat yang memiliki kandungan di bawah itu berarti produsen sama saja menipu konsumen,” ujar Retno.

Retno mengatakan, meskipun banyak produk perhiasan emas yang beredar di pasaran, pihaknya baru meluluskan satu merek produk yang sesuai dengan ketentuan. Produk tersebut adalah Hala Gold 18 karat yang dikeluarkan oleh PT Central Mega Kencana.

“Melalui skema sertifikasi yang sudah kami lakukan di lapangan, baru produk Hala Gold yang sudah sesuai SNI 13-3487-2005 dengan memproduksi perhiasan emas 18 karat pada kadar 75,5 persen,” jelas Retno.

Mengenai hal itu, LSPro pun terus mendorong para pelaku industri untuk melakukan sertifikasi SNI kadar perhiasan emas agar hak toko emas dan konsumen dapat terlindungi dengan baik.

https://money.kompas.com/read/2019/05/10/095717326/jangan-asal-beli-perhiasan-emas-teliti-kadarnya-agar-tidak-menyesal

Terkini Lainnya

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Bagikan artikel ini melalui
Oke