Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI Laksono Widodo menjelaskan, faktor domestik dan eksternal menjadi penyebab jebloknya kinerja IHSG.
Dari dalam negeri, data-data makro yang baru saja dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu neraca dagang Indonesia per April 2019 defisit hingga 2,5 miliar dollar AS. Angka itu berasal dari nilai ekspor 12,6 miliar dollar AS dan impor sebesar 15,10 miliar dollar AS menjadi salah satu pemicu merosotnya IHSG.
"Kalau kita lihat dari perusahaan tercatat pada kuartal I itu memang lebih rendah dari pada perkiraan analis, jadi analis ini banyak yang melakukan downgrade. Tentunya ini butuh waktu untuk tercermin di harga," ujar Laksono di Jakarta, Senin (20/5/2019).
Panasnya situasi politik dalam negeri serta kondisi perang dagang antara Amerika Serikat dan China pun turut berdampak pada kinerja IHSG di pasar saham.
"Kedua, kita tau lah ada data-data makro yang kurang preferable. Ketiga, situasi politik meskipun enggak parah-parah banget tapi tetap menimbulkan semacam kekhawatiran dan juga enggak bisa dihindari bahwa kenyatannya perang dagang masih menjadi headline dimana-mana," ucapnya.
Namun, otoritas bursa masih akan mengamati perkembangan pasar secara lebih lanjut. Kekhawatiran adalah hal yang wajar, namun sebaiknya pelaku pasar tak bereaksi secara berlebihan.
"Jadi menurut saya bussiness as usual no reason to get panic. Enggak ada alasan untuk panik saat ini," kata dia.
https://money.kompas.com/read/2019/05/20/132539626/sepekan-lalu-ihsg-anjlok-616-persen-ini-penjelaskan-bei