JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2018 surplus sebesar 0,21 miliar dollar AS.
Adapun jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, neraca perdagangan mengalami defisit yang cukup dalam mencapai 2,5 miliar dollar AS.
Kepala BPS Suhariyanto menyampaikan, meskipun nilai surplus tersebut cenderung kecil namun bisa memberi sinyal positif mengenai kondisi perekonomian dalam negeri.
"Dengan nilai total ekespor 14,74 miliar dollar AS dan impor 14,53 miliar dollar AS, maka pada Mei 2019 neraca perdagangan surplus 0,21 miliar dollar AS. Konsensus banyak orang menyatakan neraca perdagangan akan defisit. Tapi data Bea Cukai yang kami olah alhamdulillah kita surplus meski hanya 0,21 miliar dollar AS, setidaknya memberi sinyal positif," ujar Suhariyanto di Jakarta, Senin (24/6/2019).
Suhariyanto menjelaskan membaiknya kinerja perdagangan disebabkan kinerja ekspor yang membaik dan impor pun mengalami penurunan.
Ekspor tercatat mencapai 14,74 miliar dollar AS, naik 12,42 persen dibanding bulan sebelumnya, sedangkan impor tercatat turun 5,62 persen menjadi 14,53 miliar dollar AS.
Adapun jika dijabarkan berdasarkan negara tujuan ekspor utama, tiga negara yang mengalami surplus terbesar adalah Amerika Serikat sebesar 3,9 miliar dollar AS, India sebesar 3,08 miliar dollar AS, juga Belanda.
Adapun negara mitra dagang Indonesia dengan defisit terbesar adalah China dengan defisit hingga 8,48 miliar dollar AS Thailand 1,6 miliar dollar AS dan Austrailia 1 miliar dollar AS.
Walaupun demikian, secara kumulatif neraca perdagangan sepanjant Januari 2019 hingga Mei 2019 masih mengalami defisit sebesar 2,14 miliar dollar AS.
"Neraca perdagangan Januari-Mei 2019 masih defisit karena sebetulnga non migas surplus 1,6 miliar dollar AS dan migas defisit 3,7 miliar dollar AS," ujar dia.
https://money.kompas.com/read/2019/06/24/131446926/neraca-perdagangan-mei-2019-surplus-210-juta-dollar-as