Menurut Kepala Ekonom dan Makro Ekonomi dan Direktur Strategi Investasi PT Bahana TCW Investment Budi Hikmat, ada beberapa faktor yang bisa mendongkrak kenaikan pasar saham di semester II ini.
Pertama, sentimen positif dari Bank Sentral Amerika Federal Reserve (The Fed) yang memberi sinyal kuat untuk menurunkan suku bunga pada akhir Juli 2019.
"Dari segi valuasi, bursa saham Indonesia masih lebih murah dibandingkan bursa saham beberapa negara di Asia, sehingga memikat investor asing untuk kembali berinvestasi di Indonesia," kata Budi Hikmat dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Selasa (23/7/2019).
Di samping itu kata Budi, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga BI 7 days reverse repo sebesar 25 bps menjadi 5,75 persen yang semula 6 persen.
"Penurunan ini membuat suku bunga deposito cenderung turun, diantisipasi dengan bunga obligasi," ucap Budi.
Meski pasar saham berpeluang menguat, faktor pendapatan perusahaan masih belum memberi hasil maksimal karena daya beli masyarakat belum membaik. Budi memperkirakan, pendapatan korporasi pada tahun ini akan berkisar antara 8-10 persen.
Adapun, sektor-sektor yang menarik untuk dicermati dengan kondisi membaiknya pasar saham adalah sektor perbankan, konsumen, dan properti.
"Sementara, sektor yang harus diwaspadai adalah sektor komoditas, baik itu batubara, minyak sawit (CPO) sebagai dampak dari pelambatan ekonomi yang terjadi di China," jelas Budi.
https://money.kompas.com/read/2019/07/23/101448526/pasar-saham-indonesia-diprediksi-menguat-ini-alasannya