Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Suku Bunga Turun, Pilih (Reksa Dana) Saham atau Obligasi ?

Sehubungan dengan hal tersebut, mana yang lebih baik bagi investor? Pilih reksa dana berbasis saham atau reksa dana pendapatan tetap yang berbasis obligasi ?

Suku bunga acuan atau secara akademis dikenal dengan istilah Risk Free Rate, dimana jika mengalami penurunan, secara teori akan berdampak positif bagi obligasi dan saham.

Untuk obligasi, berlaku teori dimana jika suku bunga turun maka harga obligasi akan naik, sebaliknya jika suku bunga naik maka harga obligasi akan turun.

Untuk saham, suku bunga biasanya digunakan sebagai komponen untuk menghitung valuasi harga wajar. Semakin rendah Risk Free rate, maka harga wajar suatu saham akan semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi Risk Free Rate, maka valuasi harga wajar suatu saham akan semakin rendah.

Jadi secara teori, bisa disimpulkan bahwa penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia berdampak positif baik bagi reksa dana saham dan reksa dana pendapatan tetap.

Meskipun demikian, dalam praktek terkadang tidak selalu sejalan. Sebagai contoh, sejak suku bunga diumumkan turun pada tanggal 18 Juli yang lalu hingga tanggal 23 Juli 2019, IHSG nyaris tidak berubah dan Indeks Obligasi malah turun sekitar 0.22 persen.

Suku bunga acuan memang menjadi salah satu faktor, tapi bukan satu-satunya faktor. Untuk obligasi, bisa dikatakan suku bunga acuan merupakan faktor yang dominan. Sebab obligasi memiliki waktu jatuh tempo dan besaran kupon yang sudah pasti.

Baca : Transaksi Reksa Dana via Online Tembus Rp 5 Triliun

Untuk saham agak berbeda. Saham tidak memiliki waktu jatuh tempo, besaran dividennya juga bervariasi tergantung laba perusahaan dan kebijakan pemegang saham mayoritas. Di luar faktor suku bunga, harga saham juga dipengaruhi faktor lain seperti fundamental kinerja perusahaan, prospek bisnis ke depan dan sentimen dari investor lokal dan asing.

Karena dipengaruhi sentimen, terkadang yang namanya saham juga bisa salah harga. Jika sentimen terlalu positif, maka harga saham naik terlalu tinggi di atas harga wajarnya. Sebaliknya jika sentimen terlalu negatif, maka harga saham bisa turun jauh di bawah harga wajarnya.

Baik untuk reksa dana saham ataupun reksa dana pendapatan tetap, idealnya investasi dilakukan ketika harga / valuasinya masih murah atau target return-nya masih belum tercapai.

Salah satu kebiasaan investor reksa dana di Indonesia pada umumnya adalah melihat kinerja historis. Jika return historis bagus, maka investor baru akan melakukan pembelian atau penambahan investasi.

Cara ini tidak salah, namun ada kalanya kinerja historis yang bagus justru berarti juga bahwa valuasinya sudah wajar atau mahal.

Investasi yang valuasinya sudah wajar atau mahal, kalaupun naik, biasanya kenaikannya juga terbatas. Sebaliknya ketika risiko meningkat, persentase penurunannya bisa lebih besar. Sebaliknya investasi yang valuasinya masih murah, apabila turun, persentase penurunan lebih terbatas sementara peluang kenaikannya lebih tinggi.

Dalam konteks pemilihan reksa dana setelah suku bunga acuan diumumkan turun, faktor valuasi juga bisa dilihat dari kinerja historis dari reksa dananya.

Dari awal tahun hingga 23 Juli 2019, rata-rata reksa dana pendapatan tetap membukukan kenaikan 6,76 persen. Sementara IHSG yang merupakan representasi dari reksa dana saham baru membukukan kenaikan 3.38 persen.

Untuk tahun 2019, menurut perkiraan Panin Asset Management, reksa dana pendapatan tetap berpeluang memberikan tingkat return antara 8 – 12 persen. Dibandingkan kinerja yang sudah terjadi, masih terdapat peluang untuk naik antara 1,3 persen hingga 5,3 persen.

Untuk IHSG, harga wajar tahun 2019 diperkirakan antara 7.200 – 7.400. Per tanggal 23 Juli 2019, IHSG berada di level 6403 sehingga masih berpeluang memberikan kenaikan antara 12 – 15 persen.

Berdasarkan informasi di atas, walaupun suku bunga bukan merupakan faktor yang dominan berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham, mengingat potensi kenaikan pada tahun 2019 lebih tinggi, reksa dana saham juga dapat dipertimbangkan sebagai pilihan instrumen investasi.

Tentu, investasi reksa dana juga mengandung risiko. Kinerja masa lalu juga tidak menjamin akan terulang pada masa mendatang. Investor perlu memahami hal tersebut ketika memutuskan untuk berinvestasi di reksa dana.

Profil Risiko

Sebenarnya ada satu lagi cara memilih reksa dana yang lebih praktis yaitu berdasarkan profil risiko dan jangka waktu investasi.

Sebagai contoh seperti reksa dana saham untuk investor agresif dengan periode investasi di atas 5 tahun dan reksa dana pendapatan tetap untuk investor konservatif dengan periode investasi antara 1-3 tahun, timing atau waktu tidak terlalu penting.

Investor bisa masuk kapan saja tanpa harus dipusingkan dengan apakah suku bunga masih akan turun atau naik, kapan perang dagang antara AS dan China mereda, valuasi saham dan obligasi sudah mahal atau masih murah, dan seperti apa laporan keuangan dari perusahaan.

Biarlah Manajer Investasi yang melakukan hal tersebut untuk anda.

Demikian artikel ini, semoga bermanfaat.

https://money.kompas.com/read/2019/07/25/090000126/suku-bunga-turun-pilih-reksa-dana-saham-atau-obligasi-

Terkini Lainnya

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Tinjau Panen Raya, Mentan Pastikan Pemerintah Kawal Stok Pangan Nasional

Whats New
Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Kenaikan Tarif Dinilai Jadi Pemicu Setoran Cukai Rokok Lesu

Whats New
Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Puasa Itu Berhemat atau Boros?

Spend Smart
Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Kadin Proyeksi Perputaran Uang Saat Ramadhan-Lebaran 2024 Mencapai Rp 157,3 Triliun

Whats New
Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Kebutuhan Dalam Negeri Jadi Prioritas Komersialisasi Migas

Whats New
Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Ratusan Sapi Impor Asal Australia Mati Saat Menuju RI, Badan Karantina Duga gara-gara Penyakit Botulisme

Whats New
Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Watsons Buka 3 Gerai di Medan dan Batam, Ada Diskon hingga 50 Persen

Spend Smart
Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Utang Pemerintah Kian Bengkak, Per Februari Tembus Rp 8.319,22 Triliun

Whats New
Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Heran Jasa Tukar Uang Pinggir Jalan Mulai Menjamur, BI Malang: Kurang Paham Mereka Dapat Uang Dari Mana...

Whats New
Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan 'Open Side Container'

Dongkrak Performa, KAI Logistik Hadirkan Layanan "Open Side Container"

Whats New
Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Sumbangan Sektor Manufaktur ke PDB 2023 Besar, Indonesia Disebut Tidak Alami Deindustrialisasi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 29 Maret 2024, Harga Ikan Tongkol Naik

Whats New
Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Modal Asing Kembali Cabut dari RI, Pekan Ini Nilainya Rp 1,36 Triliun

Whats New
Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Kerap Kecelakaan di Perlintasan Sebidang, 5 Lokomotif KA Ringsek Sepanjang 2023

Whats New
Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Kemenag Pastikan Guru PAI Dapat THR, Ini Infonya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke