Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Tren Belanja Milenial: Fashion, Diskon, hingga Gaya Hidup

JAKARTA, KOMPAS.com - Bukan jadi rahasia umum lagi rasanya bila milenial cenderung pilih-pilih dalam segala urusan, termasuk dalam hal belanja. Milenial cenderung mementingkan gaya hidup, sehingga industri fashion bisa dibilang menjadi industri yang paling diuntungkan.

Beberapa platform e-commerce pun setuju akan hal itu. Pasalnya, jumlah transaksi di segmen fashion memang jauh di atas rata-rata dibanding transaksi di segmen lainnya.

Bahkan, fashion kerap kerap dijadikan top kategori oleh beberapa e-commerce.

Salah satu e-commerce di Indonesia, Shopee, mengungkap penjualan tahunannya telah mencapai 3,5 miliar dollar AS pada kuartal 1 2019. Tentu saja penjualan tersebut ditopang oleh transaksi dalam top kategosi Shopee, salah satunya fashion.

Adapun, transaksi produk fashion dalam top kategori Shopee bisa mencapai 70 persen dibanding top kategori lainnya, seperti kudapan dan kebutuhan rumah tangga.

"Kalau sekarang kita bandingkan top kategori kita itu fashion itu 70 persen. Mayoritas memang milenial yang belanja fashion ini," kata Head of Government Relationship Shopee Indonesia Radityo Triatmojo baru-baru ini

Selama Ramadhan pun, Shopee mengalami peningkatan transaksi 300 persen yang disumbang oleh beberapa segmen salah satunya fashion.

Sementara di Tokopedia, penjualan di segmen fashion seperti baju muslim dan baju koko saat ramadhan 2019 meningkat lebih dari 7 kali lipat dibanding ramadhan tahun 2018. Segmen ini menyumbang GMV Tokopedia yang mencapai 1,3 miliar dollar AS atau setara dengan lebih dari Rp 18,5 triliun selama ramadhan.

Kedepankan Promo

Karena sifatnya yang pemilih, milenial juga mengedepankan manfaat yang dia dapat dalam berbelanja, seperti promo misalnya. Promo dianggap sebagai acuan paling utama milenial dalam membeli beragam produk. Tak ayal, milenial bakal memilih aplikasi e-commerce yang memberikan promo paling besar.

"Mayoritas e-commerce menawarkan promo diskon, baik shopping, transportasi online, digital payment, semua menggunakan promo sebagai senjata utama menarik konsumen," ujar CEO dan Founder Alvara Research Hasanuddin Ali.

Tak hanya dari kategori e-commerce, kategori lain seperti transportasi online, aplikasi pesan antar, dan aplikasi pembelian tiket bakal lebih dipilih bila menawarkan promo atau diskon menarik.

Industri Offline Lemah

Milenial yang cenderung tak mau ribet dan kerap memilih belanja online, rupanya membuat industri offline di bidang fashion melemah. Hal itu diungkapkan langsung oleh Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah.

Budi mengatakan, penurunan ini terjadi karena milenial sering bosan sehingga gaya hidupnya pun akan berubah dengan cepat. Adapun bila belanja fashion, milenial saat ini cenderung akan memilih fashion kasual dibanding fashion formal.

"Anak-anak milenial ini arahnya lebih ke kasual, tidak ke formal, misalnya dulu beli sepatu resmi sekarang pilihnya sneakers. Tapi sebetulnya penurunan ini tidak semata-mata hilang gitu, tapi memang trennya shifting saja," ungkapnya.

Terlebih, kata Budihardjo, keberadaan turis-turis di pusat perbelanjaan yang biasanya mampu mendongkrak industri offline menurun dibanding tahun-tahun sebelumnya.

"Ditambah lagi kemarin ini indonesia turisnya kurang banyak, karena turis itu dalam sektor offline sangat penting," kata Budihardjo.


Tak Berlaku di Ritel Ponsel

Namun, diskon rupanya tak berlaku di ritel ponsel. Menurut VP Digital Marketing Erajaya Swasembada Eric Lee milenial ataupun masyarakat keseluruhan lebih tertarik memanfaatkan tukar tambah dibanding hanya sekedar promo diskon dan cashback dalam pembelian ponsel.

"Kita sebagai pelaku bisnis itu yang paling sering ditanyain tentang tukar tambah. Saat ini tren tukar tambah memang selalu ramai dibanding diskon-diskon. Kalau tukar tambah selalu penjualannya tumbuh signifikan. Sementara kalau cashback itu sudah biasa," kata Eric.

Menurut dia, masyarakat saat ini cenderung mengefisiensi pengeluaran dengan menjual ponsel yang tidak terpakai, yang hanya bisa diefisiensikan dengan tukar tambah.

"Tukar tambah solusinya. Karena ponsel lamanya mau dikemanain kalau beli baru? Jadi tukar tambah ini memang lagi happen sekali," jelas Eric.

Namun tentu saja, tren-tren yang saat ini digemari milenial belum tentu akan bertahan hingga tahun-tahun berikutnya, mengingat milenial cenderung bosan dan dinamis. Jadi, industri manapun harus terus berinovasi jika ingin menggaet milenial sebagai pangsa pasar.

https://money.kompas.com/read/2019/07/26/064943726/tren-belanja-milenial-fashion-diskon-hingga-gaya-hidup

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke