Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Pinjaman Online Jadi Ancaman Bagi Bank, Benarkah?

Presiden Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja menjelaskan, keberadaan pinjaman online justru mengisi ceruk yang tidak bisa dilayani pihak bank, yaitu pelayananan kredit mikro.

Parwati menyebut, OCBC NISP dahulu sempat menggeluti lini bisnis mikro, namun tak bertahan lama.

"Kita lihat ini ada karena bank enggak bisa serve. Kita dulu masuk bisnis mikro awal 2010 dan kemudian kita keluar," ujar Parwati di Menara Kompas, Kamis (8/8/2019).

Parwati mengatakan, seharusnya bank dan perusahaan penyedia jasa pinjaman online bisa saling melengkapi satu sama lain.

Pihak P2P lending memiliki keunggulan di bidang teknologi serta penetrasi ke pasar yang lebih luas. Sementara bank memiliki dana yang lebih besar, serta pengelolaan risiko yang lebih baik.

Menurut dia, jika ingin berkembang, P2P lending memang mau tidak mau harus berkolaborasi dengan bank, baik dalam bentuk akuisisi oleh bank atau penyuntikan modal oleh anak perusahaan modal ventura milik bank yang bersangkutan.

Sebab, P2P lending membutuhkan suntikan dana yang lebih besar dan tidak bisa menghasilkan pendanaan dari ritel saja.

"Sumber pendanaan P2P kan dari ritel, dan kalau scale up mereka butuh partner institusi. Pelayanan di Indonesia juga masih butuh banking," jelas dia.

"Konteksnya di Indonesia, ibarat kue, pie-nya growing, mindset-nya enggak. Kemudian kita rebutan kue, tapi bagaimana membuat kuenya lebih besar," ujar dia.


Pada Juli lalu, OCBC NISP sendiri telah membentuk sebuah perusahaan modal ventura bernama PT OCBC NISP Venture.

Parwati menjelaskan, anak perusahaan ini nantinya bakal menyuntikkan modal kepada perusahaan peer to per lending yang bisa membantu memberi solusi atau mengembangkan bisnis UKM.

Modal dasar dari perusahaan modal ventura ini sebesar Rp 400 miliar dengan modal ditempatkan sebesar Rp 100 miliar.

Komposisi pemegang saham adalah PT Bank OCBC NISP Tbk sebesar 99,99 persen atau Rp 99,90 miliar dan PT Suryasono Sentosa sebesar 0,1 persen atau Rp 100 juta.

https://money.kompas.com/read/2019/08/12/050900526/pinjaman-online-jadi-ancaman-bagi-bank-benarkah-

Terkini Lainnya

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke