SINGAPURA, KOMPAS.com - Decacorn asal Singapura, Grab, berencana menginvestasikan dana jutaan dollar AS di Vietnam dalam waktu dekat, setelah sebelumnya telah berinvestasi senilai 2 miliar dollar AS di Indonesia.
Adapun Vietnam dipilih karena adanya peluang pertumbuhan yang menjanjikan. Sebab, Vietnam adalah salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di Asia.
"Kami sangat gembira dengan Vietnam. Kami melihat karakteristik yang sangat mirip dengan Indonesia," kata Presiden Grab Ming Maa seperti dikutip dari Channel News Asia, Senin (26/8/2019).
Maa mengatakan, pasar Indonesia tidak beda jauh dengan pasar Vietnam. Sama seperti Indonesia, imbuh dia, banyak konsumen kelas menengah dan muda di Vietnam menggunakan aplikasi dan situs untuk mengakses layanan.
"Jadi saya berharap kita bisa menginvestasikan beberapa ratus juta dollar AS untuk menumbuhkan bisnis kita di Vietnam," ujar dia.
Sayangnya, Maa masih enggan memberikan perincian spesifik tentang besaran investasi. Yang jelas, Vietnam memang berada di urutan ketiga atau keempat di di antara pasar-pasar teratas Grab.
Tak hanya itu, menurut analisis App Annie, Grab di Vietnam adalah aplikasi transportasi online yang paling banyak diunduh dari Januari-Juli 2019, selain Go-Jek dan Be.
Selain Vietnam, Singapura juga menempati posisi teratas di antara pangsa pasar utama Grab. Singapura merupakan pasar terbesar kedua dengan investasi senilai 135 juta dollar AS.
Bahkan Grab bertujuan menggandakan pendapatannya tahun ini ke angka 2 miliar dollar AS.
Maa mengatakan, GMV dalam pengiriman makanan yang ada dalam aplikasinya telah berkembang secara agresif. Pada semester I 2019, lonjakan itu mencapai 300 persen.
Alhasil, GrabFood telah menyumbang 20 persen dari total GMV perusahaan.
Puncak gunung es
Dengan meluncurkan berbagai layanan harian di berbagai titik harga, Maa yakin Grab akan mempertahankan tingkat pertumbuhan yang tinggi.
Grab juga akan merambah bisnis dompet digital untuk mendorong pertumbuhan jasa keuangan.
"Kami berada di puncak gunung es untuk layanan keuangan. Mengembangkan dompet digital di kawasan Asia memberi kami wawasan dan data berharga tentang pelanggan dan pengemudi di jaringan bisnis kami," ungkap Maa.
Dia bahkan ingin menggunakan wawasan tersebut untuk menciptakan produk keuangan tertentu, termasuk asuransi, kredit, dan akhirnya wealth management.
Tak berhenti sampai situ, Maa menyatakan pihaknya juga tertarik untuk mengambil lisensi perbankan digital di Singapura, di mana bank sentral setempat telah berencana menerbitkan hingga 5 lisensi bank online.
"Dengan menggunakan kekuatan deflasi seperti perbankan digital, kami dapat menyediakan layanan keuangan yang sangat mirip dengan biaya yang jauh lebih rendah daripada yang dapat disediakan oleh bank tradisional," kata pria lulusan Massachusetts Institute of Technology ini.
Minat Grab dalam keuangan digital ini menunjukkan perusahaan-perusahaan non-perbankan di Asia dibentuk sebagai saingan potensial bagi bank-bank tradisional.
Tentu dengan memanfaatkan teknologi dan basis data pengguna untuk menawarkan layanan perbankan kepada pelanggan ritel dan usaha kecil.
Apalagi, sebuah studi dari Google Temasek Holdings menunjukkan ekonomi yang berbasis internet di Asia Tenggara diperkirakan akan melampaui 240 miliar dollar AS pada tahun 2025.
https://money.kompas.com/read/2019/08/26/145555126/tantang-gojek-grab-investasi-besar-besaran-di-vietnam
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & Ketentuan