Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Sistem Komputasi Edge, Ini Tantangan Industri di Era Digital

SINGAPURA, KOMPAS.com – Disrupsi pada era digital mempengaruhi hampir semua lini kehidupan, tak terkecuali tren dalam dunia industri. Ambil contoh hubungan antara telepon pintar dan industri komersial.

Saat ini telepon pintar mempunyai banyak kegunaan. Tak sebatas menelepon dan mengirim pesan. Lebih jauh dari itu, smartphone mempunyai andil besar dalam hal pembayaran digital.

Sebut saja pembelian kopi di beberapa kedai kopi kekinian. Saat ini sebagian masyarakat lebih cenderung melakukan pembayaran dengan memakai uang digital, baik secara online dari jarak jauh maupun dengan cara taping dan scan barcode.

Namun, tak ada gading yang tak retak. Pembayaran digital pun mempunyai kendala yang bisa merepotkan industri dan konsumen bila tak dapat diatasi dengan baik, yakni bila terjadi down pada sistem.

Jika hal tersebut terjadi, pembayaran digital tidak akan bisa digunakan dan investasi yang dilakukan perusahaan untuk mengimplementasikan pembayaran digital akan terhambat.

Executive Vice President Secure Power Division Schneider Electric, Dave Johnson, mengatakan jika terjadi kendala pada pusat data center sebuah perusahaan, hal itu akan berakibat fatal. Transaksi tidak akan bisa dilakukan dan butuh waktu cukup lama untuk memperbaikinya.

"Industri komersial tak hanya memiliki satu cabang, tapi tersebar di seluruh jangkauan mereka. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki sistem komputasi Edge pada masing-masing cabang untuk meminimalkan kendala," papar Dave pada seminar 'Life at the Edge' di Sands Expo & Convention Center, Singapura, Kamis (19/9/2019).

Edge merupakan istilah yang merujuk pada sistem komputasi lokal yang lingkupnya lebih kecil dan fokus menghimpun data salah satu cabang. Nantinya, data yang terdapat pada cabang tersebut disimpan dan diolah terlebih dahulu pada data center lokal.

Dengan cara itu, pusat data center yang menjadi tempat berkumpulnya semua data perusahaan memiliki beban lebih sedikit.

Berbeda halnya bila perusahaan hanya memiliki satu pusat data tanpa jaringan komputasi lokal (Edge). Kinerja pusat data bakal memiliki beban berat dan rawan terjadi down.

Tantangan Edge

Mengembangkan dan menggunakan komputasi Edge dalam lini industri memang bukan tanpa tantangan. Dave menyebutkan, setidaknya ada empat tantangan utama yang saat ini sedang dihadapi sektor industri dalam penggunaan sistem Edge.

"Tantangan tersebut di antaranya memiliki ketahanan buruk, kurangnya pemantauan dan manajemen jarak jauh, kurangnya standardisasi dan integrasi, serta terbatasnya jumlah staf teknologi informasi (IT)," jelas Dave.

Dia mengakui, tantangan-tantangan tersebut kerap menyulitkan industri untuk mengimplementasikan teknologi Edge.

Namun, imbuh Dave, Schneider Electric mempunyai cara jitu dalam mengatasi tantangan tersebut.

"Ada tiga solusi yang bisa kami berikan untuk memudahkan industri menggunakan sistem komputasi Edge. Pertama, Schneider punya sistem yang terintegrasi," kata Dave.

Sistem itu meliputi security, power, cooling, micro data center, row data center, dan modular all-in-one data center. Sistem tersebut bisa dikendalikan dengan satu alat (device).

Kedua, manajemen berbasis cloud. Cloud ini akan mengumpulkan data serta mengolahnya dan bisa dimonitor dari jarak jauh. Adapun saat ini Schneider Electric telah memiliki lebih dari 185.000 koneksi di seluruh dunia.

"Ketiga adalah ekosistem partner. Ekosistem yang kami kembangkan sudah saling terhubung sehingga konsumen bisa langsung menggunakannya. Adapun dengan sistem yang terintegrasi ini mampu mengurangi biaya pengeluaran teknisi sebesar 25-40 persen," ucap Dave.

https://money.kompas.com/read/2019/09/20/081400426/sistem-komputasi-edge-ini-tantangan-industri-di-era-digital

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke