Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hadapi Industri 4.0, BPR Tak Tutup Kemungkinan Gandeng Fintech

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Badan Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) tetap mencatat kinerja yang baik meski menghadapi sejumlah tantangan.

Revolusi digital pun kini menjadi tahap permulaan dari revolusi industri 4.0. Revolusi tersebut kemudian secara signifikan telah mengubah cara pandang dalam melakukan aktivitas ekonomi, seperti penggunaan e-commerce yang telah melahirkan model-model bisnis baru antara lain peer to peer lending dan sharing economy.

Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Joko Suyanto pun menilai, industri BPR/BPRS harus melakukan inovasi dan adaptif terhadap perkembangan teknologi yang ada.

"Pilihan industri BPR/BPRS dalam merespon revolusi digital adalah melakukan strategic partnership dan kolaborasi," ujar Joko dalam keterangannya, Senin (25/11/2019).

Dia mengungkapkan, dengan model bisnis yang saling melengkapi, menguntungkan dan mendorong tumbuh bersama. Sehingga, pada akhirnya, masyarakat yang dilayani lebih mudah, cepat dan aman.

Joko mengaku, tidak tertutup kemungkinan akan bersinergi dan berkolaborasi dengan Industri BPR/BPRS, termasuk industri teknologi keuangan atau fintech, seperti Koinworks, OVO, Investree, Bukalapak dan GETI (Authorized Global Channer Partner Alibaba).

Ia menilai, industri BPR/BPRS yakin sinergi dan koloborasi dengan berbagai pihak strategis merupakan kunci untuk meningkatkan dan memperkuat daya saing Industri BPR/BPRS dalam menghadapi tantangan perekonomian global, disrupsi teknologi dan menjaga momentum pertumbuhan BPR/BPRS untuk memperluas akses layanan dalam upaya mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan mandiri secara ekonomi.

Perbarindo juga meluncurkan plikasi GCG dan MR BPR yang dinamakan BPRPrudent Platform.

BPRPrudent adalah Aplikasi yang dapat membantu BPR/BPRS mengimplementasikan tata kelola Perusahaan dan manajemen risiko sesuai dengan ketentuan regulasi yang ada.

Sebelumnya Perbarindo sudah meluncurkan Sistem Informasi Perbarindo, Rumah Lelang Perbarindo dan Jaringan Bersama (sharing bandwith).

Dalam waktu dekat, tambah dia, Perbarindo juga akan merampung aplikasi penunjang operasional BPR/BPRS yaitu Loan Organising System (LOS), Skoring Kredit, Human Capital
Management (HCM) dan aplikasi lainnya.

Sampai dengan Agustus 2019, aset industri BPR mencapai Rp143 triliun atau tumbuh 9,47 persen dibandingkan posisi tahun lalu, kredit yang disalurkan kepada pelaku UMKM mencapai Rp 106 triliun atau tumbuh 11,44 persen.

Adapun jumlah tabungan tumbuh 9,98 persen dan deposito tumbuh sebesar 11,07 persen dibanding setahun yang lalu.

Selain itu, jumlah nasabah yang dilayani mencapai 15,6 juta. Nasabah tersebut didominasi oleh penabung sebanyak 11,5 juta rekening dan rata-rata saldo tabungannya sebesar Rp 2 juta.

Sedangkan nasabah debitur sebanyak 3,6 juta rekening dan rata-rata pinjamannya adalah Rp 29 juta.

https://money.kompas.com/read/2019/11/25/194700526/hadapi-industri-4.0-bpr-tak-tutup-kemungkinan-gandeng-fintech

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke