Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

KNTI Setuju Lobster Dibudidaya, Asal Utamakan Petambak Kecil

Ketua Harian Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Dani Setiawan mengaku pihaknya lebih mendorong Indonesia membudidayakan lobster di dalam negeri alih-alih dieskpor.

Menurut dia, Indonesia harus mencontoh Norwegia dalam mengembangkan budidaya di dalam negeri.

Seperti diketahui, Norwegia merupakan pembudidaya salmon yang berhasil menduduki eksportir 2 dunia meski tak selalu mudah pada awalnya.

"Mereka mulai merubah dari proses menangkap salmon menjadi budidaya yang dilakukan nelayan kecil pada tahun 1990-an. Memang melalui tahap yang tidak singkat, tapi tidak lepas dari kesungguhan mereka. Akhirnya berhasil," kata Dani di Jakarta, Kamis (9/1/2020).

Namun perlu dicatat, Dani ingin budidaya dalam negeri menciptakan persaingan pasar yang sehat, yang berimplikasi pada kesejahteraan nelayan kecil. Artinya, budidaya mesti memerhatikan kontribusi petambak kecil, bukan hanya dikuasai petambak besar.

"Jadi budidaya perlu ditumbuhkan agar manfaat budidaya ini tidak hanya diambil pemain besar tapi juga rakyat kebanyakan, sehingga kita melihat budidaya menjadi jangkar perekonomian nasional," terang Dani.

Sepakat dengan Dani, Ketua Dewan Pakar KNTI Alan F Koropitan mengatakan budidaya harus memperhatikan nelayan kecil. Pasalnya, mayoritas nelayan Indonesia adalah nelayan kecil. 

Berdasarkan data KKP tahun 2018 yang dikeluarkan Pusdatin, 96 persen armada laut RI berukuran di bawah 10 GT pada 2016. Sedangkan, armada di atas 30 GT hanya berkisar 1 persen dari jumlah 543.845 kapal.

"Jadi itu memenuhi perairan kita di bawah 12 mil," kata Alan.

Selain itu, Alan menyoroti stok ikan dunia menurun 4,1 persen dalam 80 tahun terakhir. Artinya, sudah saatnya nelayan tak bergantung pada hasil tangkapan.

Belum lagi, potensi luas laut RI yang bisa digunakan untuk budidaya adalah 12 juta hektar dan baru 285.527 hektar yang digunakan. Potensi air tawar masih 2,5 juta hektar dan potensi budidaya air payau masih tersisa 2,2 juta hektar.

"Dari 2,2 juta hektar, baru 500.000-600.000 yang terpakai dan itupun sudah merajai India, Vietnam, dan China. Jadi memang harus budidaya. Tidak ada pilihan lagi selain beradaptasi (untuk budidaya)," pungkasnya.

https://money.kompas.com/read/2020/01/09/172243226/knti-setuju-lobster-dibudidaya-asal-utamakan-petambak-kecil

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke