Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Freeport Minta Pemerintah Tarik Investor Demi Serap Tembaga

Vice President Corporate Communications Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan, saat ini Freeport melalui PT Smelting sudah bisa memurnikan 1 juta ton konsetrat tembaga setiap tahunnya.

Namun, pabrik-pabrik dalam negeri hanya mampu menyerap 50 persen dari hasil pemurnian tersebut. Sementara sisanya masih di ekspor ke luar negeri.

"Jadi Freeport menghasilkan konsentrat, kemudian melalui Smelting menghasilkan produk katoda, lempengan katoda. Yang diserap industri (dalam negeri) hanya 50 persen," tutur dia di Jakarta, Kamis (23/1/2020).

Freeport menilai pasar dalam negeri sudah tidak lagi mampu menyerap lempengan tembaga yang dihasilkan oleh Freeport.

Tidak terserapnya lempengan tembaga Freeport diproyeksi akan semakin meningkat apabila nantinya pabrik pengolahan dan permunian atau smelter tembaga di Gresik beroperasi.

Sementara itu, smelter Gresik yang rencananya mulai beroperasi pada tahun 2023, diperhitungkan mampu memproduksi lempengan katoda dengan kapasitas 2 juta ton.

Maka secara total smelter-smelter yang dimiliki Freeport akan mampu memproduksi lempengan katoda dengan kapasitas 3 juta ton.


Apabila pemerintah tidak mampu menarik investor dan menambah pelaku industri, maka diyakini lempengan konsentrat yang tidak terserap pelaku usaha dalam negeri akan semakin tinggi.

Riza menilai hal ini berlawanan dengan visi pemerintah yang ingin fokus mendorong nilai tambah melalui hilirasi.

"Pemerintah ingin meningkatkan hilirasasi, makanya dibangun smelter kedua. Tapi ini kan belum ada pabrik-pabrik lagi yang menamung," tuturnya.

Menurut dia, produk dari smelter bukan lah suatu bentuk hilirisasi yang benar. Pasalnya, nilai tambah dari konsetrat ke lempangan tembaga tidak lebih dari 5 persen.

"Tembaga yang kita hasilkan nilai tambahnya sudah 95 persen, kemudian yag dimurnikan jadi 100 persen," katanya.

Dengan margin keuntungan yang sangat tipis, Riza menyayangkan apabila pemerintah tidak mampu menarik investor untuk membangun pabrik di dalam negeri.

Sebab, pembangunan smelter Gresik membutuhkan biaya investasi sebesar 3 miliar dollar AS atau setara Rp 42 triliun (asumsi kurs Rp 14.000 per dollar AS).

Dengan margin yang sangat tipis, akan memakan waktu yang sangat lama agar Freeport mampu mendapatkan keuntungan dari smelter ini.

https://money.kompas.com/read/2020/01/23/190400426/freeport-minta-pemerintah-tarik-investor-demi-serap-tembaga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke