Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

IHSG Pekan Depan Bakal Menguat Terbatas, Ini Pendorongnya

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksikan bakal bergerak terbatas selama sepekan mendatang. Hal ini dinilai akibat beberapa faktor yang mempengaruhi.

Direktur PT Anugerah Mega Investama, Hans Kwee memproyeksikan support IHSG pekan depan akan berada di level 6.218 sampai 6200.

"Resistancs IHSG di level 6.256 sampai 6.312. Cenderung BOW di pasar," ujar Hans dalam keterangannya, Sabtu (25/1/2020).

Hans mengatakan faktor pendorongnya antara lain kisruh pembubaran reksa dana terbukti masih menekan kinerja IHSG, yang dalam beberapa pekan terakhir di tengah optimisme penandatangan fase satu perang dagang AS China mengalami tekanan turun.

Menurutnya, ketika indeks Dow Jones membuat rekor kenaikan baru, IHSG masih tertekan akibat aksi jual reksa dana yang dibubarkan.

Beberapa saham blue chip yang ada didalam list produk yang dibubarkan telah mengalami tekanan jual.

Lebih dari 35 reksa dana yang nilai aktiva bersihnya turun lebih dari 50 persen ketika melakukan rebalancing untuk mengembalikan dana nasabah juga pasti akan menekan IHSG ke depannya.

"Belum lagi pembekuan 800 rekening nasabah kami perkirakan akan menimbulkan sentimen negatif di pasar. Melihat pola IHSG uyng turun hampir sepekan penuh membuka peluang IHSG rebound terbatas. Kami perkirakan IHSG berpeluang menguat terbatas," terang Hans.

Sementara itu, masalah virus Corona di China yang membuat pasar Asia dan global mengalami tekanan.

"Berita utama pekan ini tentu saja virus Corona di China, dimana pasar Asia dan global sempat tertekan karena kekawatiran penyebarannya," jelasnya.

Tercatat per Jumat (24/1/2020), jumlah kasus sudah mencapai 830 orang dengan 25 orang meninggal dunia.

Ia mengatakan pasar saham dunia sempat stabil setelah pernyataan dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa wabah virus Corona belum menjadi keadaan darurat global.

Di sisi lain, tindakan cepat oleh pihak China untuk menahan penyebaran virus pernafasan ini dengan menghentikan perjalanan masuk dan keluar dari kota Wuhan, tempat virus itu berasal patut diacungi jempol.

"Ini memberikan keyakinan bahwa wabah yang terjadi tidak mengakibatkan pandemi yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global," jelasnya.

Tetapi di sisi lain, tahun baru Imlek dimana banyak warga melakukan perjalanan di dalam maupun luar negeri menimbulkan kekawatiran di pasar.

Ini karena menyangkut laba korporasi yang masih akan menjadi sentiment pasar pekan depan.

Lebih dari 12 persen dari perusahaan S&P 500 telah melaporkan keuangannya, menurut data FactSet, 70 persen perusahan-perusahaan membukukan laba lebih baik dari perkiraan.

Namun, diperkirakan ekspektasi keuntungan perusahaan menurun pada periode pelaporan kali ini. FactSet memperkirakan laba S&P 500 berpeluang turun 2 persen pada kuartal keempat secara tahunan.

"Sedangkan sebagian analis memperkirakan laba emiten pada indeks S&P 500 berpeluang turun 0,8 persen pada kuartal keempat, tetapi analis memperkirakan terjadi keniakan laba 5,8 persen pada kuartal pertama 2020," tambahnya.

Adapun terkait masalah melebarnya perang dagang perlu mendapat perhatian pelaku pasar. Setelah pendatangan kesepakatan fase satu antara China dan AS, pernyataan Presiden AS Donald Trump terasa menekan zona perdagangan Euro.

Trump mengatakan bahwa Uni Eropa "tidak punya pilihan" selain menyetujui kesepakatan perdagangan baru dalam wawancara di Davos.

Dalam pertemuan dengan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, Trump juga mengancam akan mengenakan tarif impor mobil Eropa jika tak ada komitmen perdagangan baru dengan Uni Eropa.

Ini ditambah pernyataan dari Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin yang mengatakan AS bakal mempertahankan tarif barang-barang China sampai kesepakatan tahap kedua berakhir menjadi sentimen negatif pasar.


https://money.kompas.com/read/2020/01/25/172300526/ihsg-pekan-depan-bakal-menguat-terbatas-ini-pendorongnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke