BrandzView
Konten ini merupakan kerjasama Kompas.com dengan Arla
Salin Artikel

Ini Tren Ibu Milenial Masa Kini dalam Berikan Nutrisi Terbaik untuk Anak

KOMPAS.com – Sembari mengasuh anaknya, Marinda kerap menyempatkan diri menjelajah dunia maya di smartphone-nya.

Sebagai seorang ibu, ia tentu senantiasa berusaha memberikan yang terbaik kepada buah hatinya, termasuk seputar nutrisi dan kesehatan.

Untungnya di era milenial sekarang ini, berbagai informasi tentang tumbuh kembang anak telah banyak tersedia di dunia maya.

“Biasanya aku cari info seputar kebutuhan anak dengan googling atau lewat sosial media. Sekarang kan banyak dokter yang membagikan info lewat Instagram,” kata Marinda kepada Kompas.com melalui WhatsApp (07/11/2019).

Marinda merupakan ibu beranak satu asal Malang yang tengah melanjutkan kuliah S2 di salah satu kampus di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ia mengaku kerap mencari informasi seputar nutrisi untuk tumbuh kembang anak dari situs web tepercaya seperti Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) atau WHO.

“Aku juga ikut grup di Facebook yang khusus membahas info seputar anak seperti ASI, vaksin, sampai info menggendong anak,” imbuh perempuan berusia 28 tahun itu.

Produk alami dan organik, pilihan terbaik untuk buah hati

Berbeda dengan Marinda, Erna biasanya mulai menjelajah dunia maya setelah kedua anaknya terlelap di malam hari.

Aktivitas seperti itu ia lakukan karena mengasuh dua anak yang masih kecil membutuhkan perhatian lebih. Waktu luang untuk browsing pun baru tersedia usai anaknya tidur.

Tak hanya mencari informasi, Erna pun bisa langsung berbelanja saat menemukan sesuatu yang bagus, khususnya yang berkaitan untuk pemenuhan nutrisi sehat untuk kedua buah hatinya melalui toko online.

“Aku memiliki prioritas tersendiri bagi kesehatan keluargaku, khususnya terhadap pola makan dan makanan anak,” ujar Erna saat dihubungi Kompas.com melalui WhatsApp (07/11/2019).

Dirinya sekarang lebih banyak mempertimbangkan aspek kesehatan dan kandungan nutrisi, keamanannya, rasa yang enak, dan ramah lingkungan ketika membeli produk bagi anak.

“Aku mulai coba kenalkan pola makan makanan yang lebih alami, termasuk makanan yang dibuat dari bahan organik,” lanjut Erna.

Perempuan asal Boyolali berusia 27 tahun itu sehari-hari bekerja sebagai ibu rumah tangga sekaligus penerjemah lepas.

“Aku juga masih googling seputar info tumbuh kembang anak. Misal anak lagi panas, ya googling cara mengobati bagaimana,” imbuh ibu dua anak itu.

Kisah Erna tersebut menjadi cerminan bagaimana para ibu milenial memenuhi kebutuhan anaknya.

Tak hanya semakin mudah dalam mendapat informasi melalui genggaman tangan, pola pemenuhan nutrisi bagi anak pun sekarang lebih mengarah ke produk berbahan dasar alami dan organik.

Strategi menjaring pasar ibu milenial

Kebiasaan ibu milenial di Indonesia mencari informasi dan berbelanja untuk memberikan yang terbaik bagi anak menjadi peluang berbagai brand dalam memasarkan produknya.

Salah satu perusahaan yang jeli memanfaatkan fenomena seperti itu adalah Arla Foods Amba.

“Kami menyediakan informasi tentang kebutuhan nutrisi awal kehidupan yang dibutuhkan ibu melalui internet,” ujar Vice President Head of South East Asia, Arla Foods Amba, Mark Boot saat wawancara dengan media di Hotel Dharmawangsa, Jakarta, Jumat (1/11/2019).

Di Indonesia, Arla menyasar segmen premium, yakni orang tua milenial yang ada dalam 16 persen dari total populasi Tanah Air.

“Kami berharap bisa menjangkau 2-3 persen dari total 16 persen populasi tersebut,” imbuh Mark.

Keyakinan Mark tersebut dikarenakan ibu milenial merupakan kelompok masyarakat yang senantiasa mencari informasi produk kebutuhan anak di internet.

Tindakan nyata melalui konsep organik

Arla tak sekadar menyajikan informasi nutrisi anak yang dibutuhkan ibu. Perusahaan susu asal Denmark yang berusia 130 tahun ini juga memastikan produknya berkualitas dengan konsep organik.

Konsep organik telah Arla terapkan mulai dari peternakan sapi yang menerapkan standar tinggi.

“Dalam konsep organik, peternakan sapi kami memperhatikan berbagai hal,” kata Eksekutif Wakil Presiden International Arla Foods Amba, Tim Ørting Jørgensen.

Mulai dari pakan sapi, lanjut dia, menggunakan campuran rumput berkualitas dicampur kentang yang semuanya bebas pestisida.

“Kami juga memperhatikan kondisi kandang sapi, seperti kebersihan dan luas kandang agar sapi-sapi tetap bahagia. Mereka juga digembalakan di padang rumput hijau yang luas” imbuh Tim.

Dengan cara tersebut, ia yakin jika produk organik yang Arla hasilkan lebih berkualitas untuk kesehatan.

Konsep organik pun senantiasa melekat pada produk olahan susu Arla seperti yoghurt atau keju yang dijual di pasaran.

Saat ini, Arla telah memiliki beragam produk olahan susu berkualitas tinggi di pasaran seperti Arla®, Lurpark®, Castello®, Puck®, dan Arla Baby & Me® Organic.

Fokus Arla terhadap konsep organik ini menjadikannya sebagai perusahaan penghasil produk susu organik terbesar di dunia.

Menurut keterangan tertulis yang Kompas.com terima (1/11/2019) dijelaskan, Arla dimiliki peternak koperasi sebanyak 10.300 orang dari Denmark, Swedia, Inggris, Jerman, Belgia, Luksemburg, dan Belanda. Sementara jumlah karyawan Arla adalah 19.000 orang.

Jumlah tersebut membuat Arla mampu menghasilkan total volume susu sebanyak 13,9 miliar kilogram pada 2018 yang menjangkau lebih dari 120 negara.

Semua itu membuat Arla memperoleh pendapatan sebesar 10,4 miliar euro atau sekitar Rp 162,7 triliun pada 2018 (kurs 1 euro: Rp 15.527) dengan performance price 36,4 eurocent atau sekitar Rp 5.651 per kilogram susu.

“Sekarang ini, kami merupakan perusahaan susu terbesar nomor empat di dunia,” kata Tim Ørting Jørgensen.

https://money.kompas.com/read/2020/01/29/100000626/ini-tren-ibu-milenial-masa-kini-dalam-berikan-nutrisi-terbaik-untuk-anak

Bagikan artikel ini melalui
Oke