Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Catat, 7 Kesalahan Bisnis yang Tak Pernah Dilakukan Para Miliarder

NEW YORK, KOMPAS.com - Kehidupan para miliarder dunia selalu menarik untuk disimak. Tak kecuali sepak terjang mereka dalam membangun bisnis.

Thomas Corley, penulis buku Rich Habits: The Daily Success Habits of Wealthy Individuals dan Rich Kids: How To Raise Our Kids To Be Happy And Successful In Life menghabiskan 5 tahun mempelajari 177 orang miliarder yang meraih kekayaan dengan usaha mereka sendiri.

Dalam studinya tersebut, Corley menemukan sejumlah kesalahan bisnis yang kerap dilakukan oleh para wirausaha ataupun pelaku usaha. Namun, kesalahan tersebut tak dilakukan oleh para miliarder.

Dikutip dari Business Insider, Selasa (4/2/2020), berikut 7 kesalahan bisnis yang tak pernah dilakukan oleh para miliarder.

1. Kualitas buruk

Produk atau jasa berkualitas tinggi adalah batu loncatan menuju bisnis yang sukses. Kualitas akan membuat klien atau konsumen kembali ke Anda.

Bisnis yang memproduksi barang atau jasa berkualitas buruk akan harus selalu mencari konsumen baru. Akuisisi konsumen atau klien baru jauh lebih mahal ketimbang menjaga konsumen lama yang puas dan terus kembali.

Selain itu, bisnis yang memproduksi barang atau jasa berkualitas buruk biasanya tak berumur panjang.

2. Tidak meminta masukan konsumen

Bisnis yang sukses secara konstan mencari atau meminta masukan konsumen atau klien. Masukan ini sangat penting, lantaran memberikan informasi apakah Anda melakukan hal yang benar atau salah.

Setiap bisnis harus meminta masukan terkait barang atau jasa yang diberikan. Idealnya, masukan ini terkait langsung pada penjualan atau jasa yang disediakan.

Konsumen atau klien setia memungkinkan bisnis Anda mendapat koreksi langsung guna mencegah kerugian.

3. Terlalu banyak karyawan

Bisnis yang sukses tidak serta-merta mudah merekrut karyawan. Mereka menjaga peningkatan jumlah karyawan seminimal mungkin, meski tengah mengalami pertumbuhan.

Sebaliknya, mereka mengandalkan sekelompok karyawan yang berkompetensi tinggi dan telah teruji mencapai 80 persen penjualan. Adapun 20 persen sisanya diisi karyawan paruh waktu, freelance, atau kontraktor eksternal.

4. Menunda pekerjaan

Bisnis yang sukses mengadopsi pola pikir "lakukan sekarang." Mereka tak menunda pekerjaan atau mengulur waktu untuk memenuhi kebutuhan konsumen atau klien.

Menunda pekerjaan akan berujung pada kualitas yang buruk, ketidakpuasan konsumen atau klien, kehilangan konsumen, dan potensi kerugian lainnya.

5. Tidak punya visi

Bisnis yang sukses tahu ke mana arah mereka. Mereka memiliki visi yang sangat jelas terkait tujuan yang ingin dicapai.

Apa yang dilakukan adalah menyusun tujuan. Mereka secara rutin memonitor dan merevisi tujuan agar relevan dengan perubahan bisnis yang terjadi.

6. Produk tidak unik

Bisnis yang sukses memiliki produk atau jasa yang unik. Akhirnya, produk atau jasa ini memberikan nilai tambah dan mengisi kekosongan yang ada.

7. Pemasaran yang buruk

Bisnis yang sukses memiliki strategi pemasaran unik yang membantu mereka membangun brand. Mereka tidak mengikuti arus yang ada.

Mereka menciptakan strategi melalui uji coba, kesalahan, dan sesi tukar pikiran dengan karyawan dan mitra-mitra bisnis.

https://money.kompas.com/read/2020/02/04/143835526/catat-7-kesalahan-bisnis-yang-tak-pernah-dilakukan-para-miliarder

Terkini Lainnya

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Cek, Ini Daftar Lowongan Kerja BUMN 2024 yang Masih Tersedia

Whats New
Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Rincian Harga Emas Hari Ini di Pegadaian 29 Maret 2024

Spend Smart
Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Kecelakaan Beruntun di GT Halim Diduga gara-gara Truk ODOL, Kemenhub Tunggu Investigasi KNKT

Whats New
Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Indef: Banjir Barang Impor Harga Murah Bukan Karena TikTok Shop, tapi...

Whats New
Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Emiten Menara TBIG Catat Pendapatan Rp 6,6 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

LKPP: Nilai Transaksi Pemerintah di e-Katalog Capai Rp 196,7 Triliun Sepanjang 2023

Whats New
?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

?[POPULER MONEY] Kasus Korupsi Timah Seret Harvey Moeis | Pakaian Bekas Impor Marak Lagi

Whats New
Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Kemenhub Fasilitasi Pemulangan Jenazah ABK Indonesia yang Tenggelam di Perairan Jepang

Whats New
Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke