Penurunan suku bunga tersebut karena adanya wabah virus corona yang akhirnya berdampak signifikan pada perdagangan, sektor pariwisata, dan pertumbuhan PDB nasional.
Satria melihat, investasi merupakan yang dapat paling terpengaruh karena penghentian impor dari China dapat memengaruhi aktivitas manufaktur lokal.
"Kami melihat perlunya bank sentral untuk bertindak secara pre-emptively untuk menghadapi kemungkinan pelambatan dalam investasi," kata kata Satria dalam laporannya, Rabu (19/2/2020).
Data yang dipaparkan Satria menunjukkan, 50 persen impor Indonesia dari Cina adalah barang-barang manufaktur (HS84 / mesin-mesin industri, HS85 / peralatan listrik, HS72 & 73 / artikel besi dan baja) yang bertindak sebagai perantara barang untuk industri dalam negeri.
Sebagai contoh, tahun lalu Indonesia mengimpor dari China sejumlah besar suku cadang telekomunikasi (1,8 miliar dollar AS), komputer pribadi (1,06 miliar dollar AS), prosesor papan sirkuit (557 juta dollar AS), pagar untuk proyek-proyek infrastruktur (312,3 juta dollar AS), dan sekop mesin (195.6 juta dollar AS).
"Hal itu berarti adanya potensi gangguan dalam rantai pasokan di China karena wabah virus corona akan berdampak langsung pada pertumbuhan investasi Indonesia," ungkap Satria.
Satria bilang, terganggunya impor barang modal berarti tidak ada rebound yang terlihat pada pertumbuhan investasi yang sudah melambat menjadi 4,06 persen di kuartal IV 2019.
Di sisi lain, beberapa proxy juga telah mengisyaratkan perlambatan investasi di kuartal I 2020, seperti PMI berada di bawah level 50 (49,3) pada Januari 2020 menunjukkan adanya kontraksi di sektor manufaktur.
Impor barang modal pada Januari pun turun 8,99 persen secara bulanan (mtm) dan 5,26 persen secara tahunan (yoy).
"Menurut perhitungan kami, pada akhirnya menjadi hambatan bagi cetakan pertumbuhan PDB tahunan pada 2020," ujar Satria.
Sementara itu, kata Satria, pemerintah juga bisa menggulirkan insentif fiskal untuk mendorong pertumbuhan.
Seperti di sektor pariwisata misalnya, bisa dilakukan dengan pemotongan pagu harga tiket pesawat untuk meningkatkan pariwisata dan merangsang ekonomi lokal.
"Begitu pun penyesuaian dalam jumlah minimum Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP), dan kebijakan fiskal untuk sektor-sektor dengan efek pengganda (multiplier effect) yang tinggi terhadap pertumbuhan, seperti properti dan perumahan," jelasnya.
https://money.kompas.com/read/2020/02/19/100200126/bi-diprediksi-bakal-turunkan-suku-bunga-pekan-ini-berikut-alasannya