Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bisnis Kuliner Seblak Masih Gurih, 4 Bulan Bisa Balik Modal

JAKARTA, KOMPAS.com - Usaha kuliner tradisional banyak yang masih eksis. Salah satunya menu seblak.

Ini adalah makanan khas Jawa Barat dengan bahan baku kerupuk, makaroni, berpadu bumbu pedas gurih.

Dengan cita rasa tersebut, seblak masih punya banyak peminat. Tak heran, penjualnya hingga kini masih gampang dijumpai.

Mulai gerobak hingga kedai dan restoran yang khusus menyajikan seblak sebagai menu utama. Maklum, makanan khas ini menjadi salah satu kuliner favorit bagi sebagian kalangan, terutama kaum milenial.

Melihat potensi tersebut, tak jarang yang kepincut untuk membuka usaha seblak.

Malah, tak sedikit pengusaha yang terjun ke bisnis kuliner ini langsung menawarkan kemitraan usaha untuk mempercepat ekspansi gerai.

Imbasnya, gerai seblak makin banyak. Tapi, persaingan bisnis ini semakin ketat. Butuh inovasi biar bisa bertahan di bisnis kuliner ini.

Dalam Review Waralaba pekan ini, KONTAN mencoba mengulas kembali perkembangan dan prospek kemitraan seblak dari sejumlah pemain. Berikut ulasannya.

Seblak Coy

Pemilik usaha ini adalah Achmad Mauludiansyah asal Solo, Jawa Tengah. Berdiri sejak 2014, Seblak Coy mulai menawarkan kemitraan pada 2016.

Saat KONTAN mengupasnya tahun lalu, Seblak Coy punya delapan mitra yang tersebar di Solo, Yogyakarta, Wonogiri, Purbalingga, Bandung, Bekasi, Depok, dan Berau, Kalimantan Timur.

Kini, jumlah mitra bertambah menjadi 14 partner yang membuka gerai di Sukoharjo, Kartosuro, Karanganyar, Purbalingga, Cilacap, Subang, dan daerah Kalimantan Timur lain. 

Dalam waktu dekat, ada tambahan satu gerai mitra di Banyumas. Sedang gerai pusat ada enam, yang semuanya bercokol di Solo.

Melihat pertumbuhan bisnis yang positif, mulai tahun ini Seblak Coy menambah varian kemitraan dengan konsep restoran. Modal yang dibutuhkan sebesar Rp 100 juta sampai Rp 500 juta.

"Mulai tahun ini kami upgrade paket kemitraan jadi resto profesional dan butuh luas tempat usaha 8 m x 10 m," kata Kang Imo, sapaan akrab Achmad Mauludiansyah ke KONTAN.

Dengan paket tersebut, mitra bakal mendapat peralatan usaha yang lebih lengkap. Misalnya, ada tambahan lemari pendingin untuk menyimpan bahan baku makanan laut.

Gerai percontohan dari Seblak Coy konsep restoran bakal hadir di Cibubur, Jakarta. Tapi, Kang Imo tidak memerinci waktu persisnya.

Sedangkan paket kemitraan lainnya masih sama. Yakni, paket Rp 20 juta, paket Rp 30 juta, paket Rp 40 juta, dan paket Rp 60 juta.

Semua paket pun masih kena biaya promosi sebesar 5 persen dari omzet. Biaya ini bakal dipakai untuk promosi dan pengembangan cabang dari masing-masing mitra, termasuk, biaya untuk menjadi merchant di layanan pesan antar online.

Bicara menu, Seblak Coy juga berinovasi dengan menyediakan seblak sea food. Menu anyar ini tersedia di seluruh paket kemitraan.

Contoh, ada seblak kepiting, seblak cumi, seblak udang. Adapun total menu yang tersaji di Seblak Coy mencapai 51 macam, dengan kisaran harga mulai Rp 8.000 seporsi sampai Rp 80.000 per porsi.

Dengan ragam gerai dan menu yang tersaji, Kang Imo memproyeksikan, mitra Seblak Coy tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa balik modal, yakni cukup empat bulan saja.

Syaratnya, saban hari para mitra sanggup meraup omzet mulai Rp 2,5 juta sampai Rp 5 juta. Margin usahanya sebesar 50 persen.

Soal kendala bisnis, sejauh ini, Kang Imo menyebutkan, masih berkutat di keluar masuk karyawan. Dan, kendala tersebut harus bisa diantisipasi oleh mitra usaha.

Meski ada kendala, Kang Imo tetap optimistis dengan bisnis kemitraan seblak miliknya. Ia pun menargetkan, bisa membuka gerai Seblak Coy di tujuh kota baru pada tahun ini.

Sekarang, Seblak Coy sudah ada di 13 kota.

Kawula Muda

Pemain lainnya adalah Seblak Basah Kawula Muda milik Prasetyo Bayu Aji. Usaha seblak ini berpusat di Semarang dan sudah beroperasi sejak 2014.

Saat KONTAN menulisnya Februari 2019, Seblak Basah Kawula Muda memiliki 8 gerai tersebar di Semarang dan satu di Rembang.

Saat ini, jumlah gerai Seblak Basah Kawula Muda bertambah. Gerai di Semarang, yang semuanya milik pusat, ada delapan gerai. Sementara gerai mitra yang ada di luar Semarang sudah empat gerai.

Selain di Rembang, juga ada di Kudus. Sehingga, totalnya ada 12 gerai.

"Rencana ada gerai pusat baru lagi di Manyaran, Semarang, dan akhir tahun ini buka lagi di Pati," katanya ke KONTAN.

Paket investasi yang Seblak Basah Kawula Muda tawarkan belum berubah, masih Rp 10 juta. Dengan nilai ini, mitra akan mendapat ragam peralatan dan perlengkapan usaha juga bahan baku awal.

Pun mitra tidak dipungut biaya royalti atau waralaba.

Sama seperti pemain seblak lainnya, Prasetyo juga kerap melakukan inovasi menu, tak cuma seblak kuah saja. Misalnya, ia membuat seblak kering yang lagi trendi.

Dalam waktu dekat juga bakal ada menu baru seblak kering nori alias rumput laut.

Untuk kendala, masalah keluar masuk dan pengembangan karyawan masih jadi masalah utama Prasetyo di usaha ini. Kondisi itu masih ditambah lonjakan harga bahan baku, terutama, bawang putih dan cabai setan yang melambung tinggi.

Untuk menjaga loyalitas konsumen, Prasetyo hingga kini masih tetap mempertahankan harga jual seblak. Artinya, belum ada kenaikan harga, sekalipun harga bahan baku naik.

Sayang, dia tidak memerinci besaran harga menu di gerai seblaknya. Yang terang, jika kondisi ini tidak berubah hingga tiga bulan ke depan, ia terpaksa akan mengerek harga seblak.

Toh, Prasetyo bakal terus melakukan ekspansi bisnis, terutama mengoptimalkan pasar Jawa Tengah.

Seblak Riweuh

Seblak Riweuh asal Bintaro, Tangerang Selatan, merupakan besutan Megga Oktavia sejak 2015 lalu. Cuma, sampai sekarang perkembangan kemitraan Seblak Riweuh stagnan lantaran belum juga ada mitra yang bergabung.

Kini, gerai Seblak Riweuh yang masih beroperasi hanya satu, milik Megga yang ada di Bintaro. "Kami belum punya mitra, banyak yang bertanya-tanya tapi belum deal," kata dia kepada KONTAN.

Meski begitu, Mega tetap optimistis, dan hingga kini masih terus menawarkan paket kemitraan yang sedikit mengalami perubahan. Di 2018, hanya ada satu paket kemitraan sebesar Rp 5 juta.

Saat ini, ada tambahan paket kemitraan dengan nilai Rp 10 juta. Tambahan ini sudah ia lakukan sejak tahun lalu.

Untuk fasilitasnya, ada sedikit perubahan. Dengan paket tersebut, mitra bakal mendapat fasilitas kerjasama brand, peralatan masak lengkap, satu set meja, media promosi, daftar menu, lampu, kotak sajian, pelatihan, dan bahan baku awal sebanyak 45 porsi. Tetapi,

"Paket kemitraan sekarang tidak kami sediakan gerobak dan perlengkapan masak, jadi mitra bisa jualan di mana saja," imbuh Megga.

Sementara untuk menu Seblak Riweuh, Megga mengatakan, masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Ambil contoh, seblak basah dengan tiga topping, yakni bakso, telur, dan ceker ayam. Harganya mulai Rp 8.000 sampai Rp 10.000 seporsi.

Megga cukup realistis dalam mengejar target mitra, yakni cuma tiga partner saja sampai akhir tahun nanti, dan berharap, mitra bisa mendapatkan lokasi strategis. (Ratih Waseso, Venny Suryanto)

Berita ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul: Usaha seblak masih terasa gurih

https://money.kompas.com/read/2020/02/22/140000926/bisnis-kuliner-seblak-masih-gurih-4-bulan-bisa-balik-modal

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke