Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Segarnya Bisnis Manisan Carica, Oleh-oleh Khas Dieng

JAKARTA, KOMPAS.com - Jika dulunya dianggap sebagai tanaman pekarangan yang tumbuh liar di Dataran Tinggi Dieng, siapa sangka jika carica kini jadi komoditas produk makanan yang menjanjikan.

Buah ini sudah sangat familiar, dan kini menjelma jadi oleh-oleh paling populer bagi wisatawan yang melancong ke Dieng, Jawa Tengah. Buah yang sekilas mirip pepaya ini banyak diolah menjadi manisan.

Mudah menemukan manisan carica di banyak pedagang di Dieng. Carica saat ini juga tak sulit ditemui di pusat oleh-oleh di berbagai kota seperti Semarang dan Yogyakarta.

Salah satu pengusaha yang sudah cukup lama menggeluti bisnis manisan carica yakni Mudhofi. Pria asal Desa Patak Banteng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo ini memproduksi berbagai olahan carica dengan merek Al Fath.

Mudhofi yang juga pengurus Pondok Pesantren Al Fattah ini memulai usaha manisan carica pada Mei 2015 silam. Dirinya tak sendirian, dia dibantu sejumlah santri pondok pesantren dan warga sekitar yang membentuk koperasi.

"Jadi anggotanya Yayasan Pesantren Al Fath dan petani di koperasi yang sudah ada sejak tahun 2008," kata Mudhofi kepada Kompas.com, Sabtu (29/2/2020).

Menurutnya, selain dijual sebagai buah tangan di sejumlah tempat wisata di Dieng, caricanya sudah banyak dipasarkan ke luar kota seperti Jakarta, Semarang, Surabaya, dan Yogyakarta.

Kendati demikian, usahanya tak selalu berjalan lancar. Sempat, beberapa kali dirinya harus menanggung rugi lantaran mandeknya pembayaran dari agen penjual.

"Pernah berhenti karena banyak agen yang tidak bayar. Sebenarnya usaha ini sudah mulai sebelum 2014, kemudian pernah gagal, lalu mulai lagi usahanya di tahun 2015. Sulitnya ya itu, kadang ada pembayaran macet," ucap Mudhofi.

Ia juga beberapa kali mengikuti pelatihan bisnis. Salah satunya pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa tengah di Balatkop Semarang yang saat itu dimentori oleh Bio Hadikesuma.

Dalam sehari, lanjutnya, dirinya bisa menghabiskan lebih dari 60 kilogram buah carica untuk diolah menjadi manisan yang dikemas dalam berbagai ukuran.

Manisan Carica Al Fath dijual seharga Rp 20.000 untuk isi 6 cup, dan Rp 35.000 untuk isi 12 cup. Masing-masing cup berisi 115 gram buah carica. Sementara untuk proses produksinya dilakukan oleh 20 orang yang terdiri dari para santri pondok pesantren.

"Omzet sih masih kecil, sekitar Rp 30-50 juta dalam sebulan. Pendapatan carica untuk tambahan pemasukan buat yayasan pesantren. Kebetulan memang kita juga ada beberapa unit usaha," ujar Mudhofi.

https://money.kompas.com/read/2020/02/29/130732426/segarnya-bisnis-manisan-carica-oleh-oleh-khas-dieng

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke