Direktur Niaga PTBA Adib Ubaidillah mengatakan, penurunan laba tersebut utamanya disebabkan harga batu bara yang terus tertekan sepanjang tahun.
Bahkan, pada 2019 harga batu bara mengalami rata-rata penurunan sebesar 8 persen.
"Terkait laba, kita kan bisnis di batu bara sangat sensitif terhadap harga jual. Rata-rata harga jual batu bara 2018 ke 2019 turun 8 persen," ujarnya, di Jakarta, Rabu (4/3/2020).
Adib menjelaskan, sepanjang tahun lalu terjadi pelemahan indeks harga batu bara Newcastle sebesar 28 persen menjadi rata-rata sampai dengan Desember 2019 sebesar 77,77 dollar AS per ton, dari 107,34 dollar AS per ton pada periode yang sama tahun lalu.
Demikian juga indeks harga batu bara thermal Indonesia GAR 5000 yang melemah sebesar 17 persen menjadi rata-rata sampai dengan Desember 2019 sebesar 50,39 dollar AS per ton dari 60,35 dollar AS per ton pada akhir tahun 2018.
Lebih lanjut, Adib mengatakan, penurunan laba sebenarnya bisa lebih dalam apabila perseroan tidak melakukan berbagai langkah efisiensi.
Salah satu efisiensi yang dilakukan adalah optimasi biaya angkut, sehingga mampu menekan biaya operasional perseroan.
"Penurunan laba kita dari Rp 5 triliun ke Rp 4,1 triliun sekitar 19 persen kalau kita enggak melakukan apa-apa akan turun sekali banyak optimasi yang dilakukan," tutur dia.
Di tempat yang sama, Direktur Utama PTBA Arviyan Arifin mengatakan, pihaknya fokus melakukan efisiensi biaya operasional sepanjang tahun lalu.
"Semua kita lakukan efisiensi, kecuali gaji dan kesejahteraan karyawan. Apapun kita lakukan hingga mencapai laba Rp 4,1 triliun," ucap dia.
Sebagai informasi, kendati laba mengalami penurunan, BUMN pertambangan ini mencatat adanya kenaikan pendapatan usaha sebesar 3 persen menjadi Rp 21,8 triliun.
Pendapatan terdiri dari pendapatan penjualan batu bara domestik sebesar 57 persen, penjualan batu bara ekspor sebesar 41 persen dan aktivitas lainnya sebesar 2 persen.
Produksi batu bara juga mengalami kenaikan sebesar 10,2 persen menjadi 29,1 juta ton. Kapasitas angkutan batu bara naik 7 persen menjadi 24,2 juta ton.
https://money.kompas.com/read/2020/03/04/201253826/laba-bumn-pertambangan-ini-turun-hampir-rp-1-triliun-apa-sebabnya