Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Mengenal Bio Farma, BUMN Spesialis Vaksin Peninggalan Belanda

JAKARTA, KOMPAS.com - Nama PT Bio Farma (Persero) belakangan mencuat saat wabah virus corona atau Covid-19. BUMN ini ditugasi pemerintah untuk melakukan riset untuk keperluan produksi vaksin virus yang muncul pertama kali di Kota Wuhan tersebut.

Berbeda dengan perusahaan pelat merah lain yang bergerak di industri kesehatan yang fokus memproduksi obat-obatan, Bio Farma lebih fokus pada pengembangan vaksin.

Dikutip dari laman resminya, Bio Farma adalah perusahaan peninggalan Kolonial Belanda yang bernama Parc Vaccinogene pada tahun 1890.

Perusahaan ini lahir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda Nomor 14 tahun 1890 di Rumah Sakit Militer Weltevreden, Batavia, yang saat ini telah berubah fungsi menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto (RSPAD Gatot Soebroto), Jakarta.

Tahun 1895, perusahaan ini mengalami perubahan nama menjadi Parc Vaccinogene en Instituut Pasteur dengan memindahkan fasilitas laboratoriumnya di Pasteur Bandung yang saat ini menjadi kantor pusatnya.

Landskoepoek Inrichting en Instituut Pasteur terus menjadi andalan pemerintah Hindia Belanda untuk memproduksi vaksin hingga kemudian diambil alih Jepang di Perang Dunia II dan berganti nama menjadi Bandung Boeki Kenkyushoo dengan Kikuo Kurauchi sebagai kepalanya.

Bandung Boeki Kenkyushoo kembali berganti nama setelah Indonesia merdeka menjadi Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur.

Baru setelahnya lembaga ini menjadi BUMN setelah proses nasionalisasi aset Belanda di tahun 1955-1960 dan ditetapkan sebagai Perusahaan Negara Pasteur.

Namanya kembali berganti menjadi PN Bio Farma pada periode tahun 1961-1978. Lalu menjadi PT Bio Farma (Persero) di tahun 1997 dengan kepemilikan sahamnya dimiliki 100 persen oleh pemerintah.

Dikutip dari Harian Kompas, 11 November 2016, Bio Farma masuk sebagai salah satu produsen vaksin yang reputasinya cukup baik di dunia. Sejumlah vaksin bagi manusia yang dihasilkan Bio Farma dengan kapasitas produksi sekitar 2 miliar dosis per tahun itu telah mendapat pengakuan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).


Vaksin Bio Farma yang mulai diekspor sejak 1997 telah digunakan di lebih 130 negara, terutama negara-negara berkembang, serta negara-negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Ada dua jenis produk Bio Farma yang diekspor, yakni vaksin jadi dan vaksin setengah jadi atau dalam bentuk bahan baku obat. Sampai saat ini terdapat sejumlah vaksin Bio Farma yang sudah mendapat pengakuan atau lulus pra-kualifikasi WHO, antara lain Pentabio.

Pentabio merupakan vaksin anti difteri, tetanus, pertusis, hepatitis B Rekombinan, haemophilus influenzae tipe b (DTP-HB-Hib), yang digunakan untuk pencegahan terhadap difteri, tetanus, pertusis (batuk rejan), hepatitis B, serta infeksi haemophilus influenzae tipe b secara simultan.

Lantaran biaya mahal dan waktu yang lama dalam pengembangan vaksin, Bio Farma saat ini bermitra dengan Afrika Selatan, India, Brasil, Meksiko, dan Arab Saudi yang juga membuat pabrik vaksin dengan cara menyuplai bahan setengah jadi.

https://money.kompas.com/read/2020/03/28/111358226/mengenal-bio-farma-bumn-spesialis-vaksin-peninggalan-belanda

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke