Wimboh mengatakan dalam beberapa hari terakhir frekuensi saham mulai pulih. Namun sayangnya sore ini Indeks Harga Sagam Gabugan (IHSG) malah kembali lesu, namun penurunan cukup tipis yakni hanya 0,6 persen.
"Dalam beberapa hari ini frekuensi saham sudah mulai hijau dan ini tanda rebound," ujarnya.
Wimboh menilai pulihnya pasar modal terdorong penjualan investor non resident sebesar Rp 11,3 triliun secara year to date. Sementara di pasar SBN penjualan non resident sudah mencapai Rp 129,2 triliun.
"Otomatis itu memberi tekanan pada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Ini di pasar modal, sehingga harapan sentimen positif muncul," kata dia.
Saat ini OJK dan pemerintah berupaya agar pasar keuangan tidak lesu dalam menghadapi pandemi Covid-19. Maka dari itu, pemerintah dan OJK melakukan berbagai upaya dilakukan untuk kembali menggairahkan pasar modal.
Wimboh mengatakan OJK berupaya meng-handle permasalahan yang sudah muncul agar ekonomi bisa recover. Namun hal ini tentunya bergantung pada seberapa cepat kita bisa mengatasi pandemi ini.
Saat ini, sentimen negatif di pasar keuangan, pasar modal dan nilai tukar itu sudah terjadi di seluruh dunia. Namun ada hal yang dapat dilakukan guna memberikan sentimen positif melalui kebijkan pemerintah dan sektor keuangan agar investor memiliki keyakinan.
"Sentimen negatif ini memiliki persepsi bahwa ekonomi dan sektor usaha kena, sehingga para investor memilih langkah preventif dengan menjual sahamnya," ungkap Wimboh.
Di pasar modal, OJK memberlakukan kebijakan agar penurunan indeks yang terjadi tidak terlalu dalam. Misalkan saja emiten dapat melakukan buyback.
"Sudah ada 33 emiten yang mengajukan buyback," ucapnya Wimboh.
Selain itu, OJK juga memberlakukan larangan short selling, auto rejection, di mana saham yang turun 5 persen disetop perdagangannya.
"Itu kita setop agar tidak terlalu dalam. Kita masih ada instrumen lain tapi kita harapkan jangan sampai dipakai," kata dia.
https://money.kompas.com/read/2020/04/07/190100426/ojk-sebut-pasar-modal-mulai-pulih