Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

[POPULER DI KOMPASIANA] Belva Mundur Jadi Stafsus Presiden | Belajar "Tanpa Guru" | Pandemi Covid-19 di Jerman

KOMPASIANA--Setelah menuai kritik dari banyak pihak, tanpa diduga, Belva Devara mengundurkan diri jadi Staf Khusus Presiden RI. Hal itu ditenggarai karena adanya masalah dugaan konflik kepentingan.

Kehadiran stafsus muda ini awalnya memang sebuah harapan: karena dianggap dapat membantu presiden dalam menjalankan program lima tahun ke depan.

Akan tetapi yang sedari awal sudah diingatkan publik, yakni mereka tidak diwajibkan mundur dari jabatan di perusahaannya.

Sampai akhirnya program Kartu Prakerja dimulai dan menimbulkan beragam pertanyaan ketika perusahaan yang dipimpin Belva melalui Skill Academy ditunjuk untuk menjalankan itu.

Selain kabar mengenai mundurnya Belva Devara, masih ada konten menarik lainnya seperti efisiensi belajar dari rumah di mana murid seakan belajar tanpa kehadiran guru hingga catatan bagaimana Jerman merespon pandemi covid-19.

Berikut 5 konten menarik dan terpopuler di Kompasiana dalam sepekan:

1. Belva Mundur, Sindiran bagi Menteri dan Stafsus Berkonflik Kepentingan

Kompasianer Bobby menilai, meskipun Ruang Guru memang startup yang layak terpilih sebagai mitra Kartu Prakerja, posisi Belva sebagai CEO Ruang Guru sekaligus staf khusus Presiden Joko Widodo menimbulkan konflik kepentingan yang tak terhindarkan.

Namun, ketika membaca unggahan Belva lewat akun Instagram miliknya, Kompasianer Bobby melihat ada upaya Belva untuk juga menyikapi keberadaan Ruang Guru sebagai salah satu mitra Kartu Prakerja.

Dimulai dari mundurnya Belva dari jabatan Stafsus, barulah Kompasianer Bobby ingin melebarkan pokok bahasan menjadi sindiran bagi sejumlah menteri dan stafsus Jokowi.

"Mendapatkan keuntungan material, kemudahan akses, serta pengakuan sebagai dampak dari posisi sebagai "orang dekat penguasa" sejatinya adalah tiga hal manis yang sayangnya tak etis," tulisnya. (Baca selengkapnya)

2. Belajar "Tanpa Guru" di Masa Pandemi, Apa Hasilnya?

Setelah berjalannya kegiatanbelajar dari rumah ini, terlebih dibantu dengan tayangan pembelajaran dari TVRI untuk belajar, kita masih menunggu apa hasil yang sudah didapat selama ini?

Kompasianer Felix Tani bahkan membuat frasa "belajar tanpa guru" seperti sekarang ini mirip kisah-kisah pada buku silat yang terbit pada masa-masa 1970-an.

Pada masa itu, tulisnya, marak penjualan buku-buku beladiri dengan judul senada antara lain "Karate Tanpa Guru", "Jiujitsu Tanpa Guru", dan "Kung Fu Tanpa Guru".

Dari beragam kisah-kisah dari buku beladiri tersebut, Kompasianer Felix Tani mengelaborasi lebih lanjut untuk melihat fenomena belajar dari rumah ini.

"Jangan sampai anaknya menjadi pintar tapi tidak cerdas melalui perkuliahan online. Jika itu terjadi, maka perguruan tinggi hanya berfungsi sekadar pengalih pengetahuan, bukan pembentuk sains," tulis Kompasianer Felix Tani. (Baca selengkapnya)

3. Betapa Leganya Kami Ketika Commuter Line (Tidak) Jadi Disetop

Guna mendukung kebijakan PSBB yang dijalankan di Jabodetabek, muncul wacana untuk Commuter Line agar berhenti beroperasi.

Wacana demikian lahir pasalnya jika Commuter Line tetap beroperasi, maka akan sulit untuk warga menerapkan jaga jarak fisik dengan yang lain. Mungkin bisa ketika di kereta, tapi bagaimana saat mereka antre menunggu?

Untungnya wacana tersebut dibatalkan. Karena masih banyak sekali orang-orang yang terdampak langsung seperti yang dialami Kompasianer Irmina Gultom.

"Karena ada pekerjaan yang tidak sepenuhnya bisa dilakukan di rumah, maka mau tidak mau, suka tidak suka, jadi tetap harus ke kantor walaupun tidak setiap hari," tulisnya. (Baca selengkapnya)

4. Cara Mengukur Kadar Emosi Anda

Sejak ketakutan dan rasa tidak percaya diri muncul, tulis Kompasianer Endro S. Efendi, hal yang pertama kali perlu disadari adalah, seberapa berat akar emosi yang Anda miliki?

Kemudian ia menjelaskan, sebetulnya rasa takut dan tidak percaya diri itu baik.

Malah yang perlu diperhatikan justru kalau kita, misalnya, rasa takut dan rasa tidak percaya diri ini dalam kurun waktu yang lama. Hal inilah, lanjutnya, yang perlu diatasi.

"Ketika pengalaman tidak positif terus berulang, maka akan semakin berat dan pada akhirnya menjadikan seseorang mengalami psikosomatis, sakit karena pikiran," tulis Kompasianer Endro S. Efendi.

Nah, untuk mengetahui lebih lanjut, cobalah jawab dengan jujur pada diri sendiri. Terlebih, tak perlu tertekan, menghakimi, atau mengkritik jawaban dari diri sendiri. (Baca selengkapnya)

5. Anomali Angka Terinfeksi Covid-19 dan Rendahnya Angka Kematian di Jerman

Apa yang berbeda dari cara Indonesia dan Jerman dalam merespon pandemi Covid-19?

Dari apa yang dirasakan sendiri oleh Kompasianer Denny Boos, setidaknya ada 3 catatan penting yang bisa jadi pembelajaran bagi kita, yakni (1) Informasi yang update lewat Media; (2) Mengadakan tes Masif dan melacak kontak-kontak orang yang terinfeksi; (3) Rasa percaya masyarakat terhadap Pemerintah.

Secara umum, tulis Kompasianer Denny Boos, Jerman juga memberlakukan social-physical distancing, tapi ada beberapa kota yang memberlakukan lockdown.

Hal ini terbukti, hasilnya adalah rendahnya angka terinfeksi dan meninggal dari 16 negara bagian lainnya di Jerman.

Namun, ada yang ingin ditekankan oleh Kompasianer Denny Boos yaitu lakukan tes masif.

"Jika ingin mengontrol pandemi ini maka kita harus tahu siapa yang terinfeksi. Bagaimana caranya? Melakukan tes! Seperti anjuran badan kesehatan dunia (WHO): Tes, tes, tes!" lanjutnya. (Baca selengkapnya)

https://money.kompas.com/read/2020/04/25/143918526/populer-di-kompasiana-belva-mundur-jadi-stafsus-presiden-belajar-tanpa-guru

Terkini Lainnya

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Apa Pengaruh Kebijakan The Fed terhadap Indonesia?

Whats New
Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Gandeng Telkom Indonesia, LKPP Resmi Rilis E-Katalog Versi 6

Whats New
Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Ekonomi China Diprediksi Menguat pada Maret 2024, tetapi...

Whats New
Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Berbagi Saat Ramadhan, Mandiri Group Berikan Santunan untuk 57.000 Anak Yatim dan Duafa

Whats New
Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Tarif Promo LRT Jabodebek Diperpanjang Sampai Mei, DJKA Ungkap Alasannya

Whats New
Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Bisnis Pakaian Bekas Impor Marak Lagi, Mendag Zulhas Mau Selidiki

Whats New
Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Cara Reaktivasi Penerima Bantuan Iuran BPJS Kesehatan

Work Smart
Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Kehabisan Tiket Kereta Api? Coba Fitur Ini

Whats New
Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Badan Bank Tanah Siapkan Lahan 1.873 Hektar untuk Reforma Agraria

Whats New
Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Dukung Pembangunan Nasional, Pelindo Terminal Petikemas Setor Rp 1,51 Triliun kepada Negara

Whats New
Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Komersialisasi Gas di Indonesia Lebih Menantang Ketimbang Minyak, Ini Penjelasan SKK Migas

Whats New
Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Mulai Mei 2024, Dana Perkebunan Sawit Rakyat Naik Jadi Rp 60 Juta Per Hektar

Whats New
KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

KA Argo Bromo Anggrek Pakai Kereta Eksekutif New Generation per 29 Maret

Whats New
Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Mudik Lebaran 2024, Bocoran BPJT: Ada Diskon Tarif Tol Maksimal 20 Persen

Whats New
Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Jumlah Investor Kripto RI Capai 19 Juta, Pasar Kripto Nasional Dinilai Semakin Matang

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke