Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Soal Defisit Pangan Provinsi, Jokowi: Bisa Ditutupi Daerah Lain yang Surplus

KOMPAS.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan, produksi pangan secara nasional surplus, tetapi di provinsi atau wilayah tertentu mengalami defisit.

Jokowi mengatakan itu untuk merespons adanya pemberitaan yang menyebutkan terjadinya defisit pangan nasional di masa pandemi Covid-19.

"Jadi jangan ditulis-tulis Menteri Pertanian (Mentan) bohong. Nanti repot Pak Menteri Pertanian. Lha kita bicara bukan defisit pangan nasional kok, tapi provinsi," ujarnya Jokowi dalam Rapat Terbatas (Ratas) melalui video conference, Selasa (5/5/2020).

Dia pun mengapresiasi kerja keras Mentan Syahrul Yasin Limpo yang terus meningkatkan produksi dan membantu petani di tengah masa pandemi Covid 19.

“Terkait defisit pangan di provinsi atau wilayah, itu bisa ditutup dari surplus di provinsi lain,” terang Jokowi.

Sementara itu, Mentan dalam keterangan tertulisnya mengatakan, Kementerian Pertanian (Kementan) saat ini mengembangkan strategi sistem logistik nasional dalam menyederhanakan rantai pasok dan intervensi distribusi.

“Salah satunya dengan mengalihkan komoditas dari daerah yang surplus ke daerah yang defisit. Untuk saat ini, setidaknya ada 28 provinsi dalam kondisi terkendali," jelasnya.

Menteri yang akrab disapa SYL ini juga menegaskan, provinsi lainnya seperti Kalimantan Utara dan Maluku tentu perlu mendapat perhatian lebih.

Untuk itu, dia pun menyebut Kementan terus berupaya melakukan sinergi dan kolaborasi dengan berbagai pihak dalam menjaga ketersediaan dan distribusi pangan, khususnya pada 11 komoditas bahan pokok.

Bahkan, jelasnya, sebagian besar provinsi mengalami surplus produksi tahun ini.

Senada dengan Mentan, Guru Besar Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) Muhammad Firdaus menegaskan, kondisi ketersediaan pangan pokok nasional secara kumulatif mencukupi, meskipun belum merata sebarannya.

Sebab, terangnya, surplus dan defisit dalam sistem penyediaan pangan antarwilayah itu sudah menjadi hal yang biasa terjadi.

"Di negara maju seperti Amerika Serikat sekalipun distribusi pangannya belum merata. Apalagi kita negara kepulauan terbesar di dunia, tidak mungkin produksi merata sama di seluruh wilayah. Sistem distribusinya yang perlu ditata lebih baik,” jelasnya.

Perlu diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis ketersediaan pangan nasional hingga Juni 2020 yang diperkirakan surplus beras 6,4 juta ton, Jagung 1,01 juta ton, bawang merah surplus 330.384 ton, gula pasir 1,07 juta ton, dan minyak goreng surplus 5,7 juta ton.

Komoditas lainnya, seperti bawang putih, cabai merah besar, cabai rawit, daging sapi, daging kerbau, telur ayam juga diperkirakan surplus.

Prediksi BPS tersebut berdasarakan perkiraaan produksi komoditas tersebut

Untuk komoditas beras, stok beras akhir Maret 2020 sebanyak 3,45 juta ton. Rinciannya di Bulog 1,4 jt ton, di penggilingan 1,2 jt ton, di pedagang 754.000 ton, dan di Lumbung Pangan Masyarakat (LPM) 2.939 ton.

Jumlah ini pun belum termasuk stok di masyarakat lainnya seperti di rumah tangga dan hotel, restoran, dan kafe (Horeka).

https://money.kompas.com/read/2020/05/05/220520826/soal-defisit-pangan-provinsi-jokowi-bisa-ditutupi-daerah-lain-yang-surplus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke