JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) merasa curiga dengan harga gula pasir yang tak kunjung turun, padahal impor gula sudah dilakukan. Dia menduga ada oknum atau mafia pangan yang berupaya memainkan harga demi mendapatkan keuntungan.
Pada ratas di Istana Negara, Presiden Jokowi geram harga gula pasir saat ini mencapai Rp 17.000 hingga Rp 17.500 per kilogram. Padahal, harga eceran tertinggi sudah ditetapkan pemerintah di level Rp 12.500 per kilogram.
Jokowi juga mencurigai adanya permainan harga di pasaran. Untuk itu, Presiden meminta kementerian terkait untuk mencari tahu penyebab tingginya harga dua komoditas tersebut.
Mengutip data Info Pangan Jakarta, Kamis (14/5/2020), harga bahan pemanis di pasar-pasar di DKI Jakarta rata-rata dijual sebesar Rp 17.727 per kilogram.
Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Indonesia, Soemitro Samadikoen, mengungkapkan selama ini memang tak ada pengawasan ketat peredaran gula pasir dari pabrik gula dan importir hingga sampai di pedagang pasar.
"Selama ini pengawasan hanya di importir atau pabrik gula. Misalnya importir datangkan gula, lalu setelah DO (delivery order) itu sudah tidak diawasi, siapa yang pegang DO, gulanya ke mana, siapa yang ambil, dijual berapa, itu tidak dikontrol," tutur Soemitro kepada Kompas.com.
Pemerintah sendiri menetapkan harga gula dari importir dan pabrik gula dijual dengan harga tertinggi Rp 11.200 per kilogram. Kenyataannya, lantaran tanpa ada pengawasan ketat dalam distribusinya, harganya dikendalikan pemain besar di rantai pasok distribusi gula pasir.
"Ya benar sesuai perintah pemerintah harga DO Rp 11.200 per kilogram. Terus ke mana barangnya, itu yang tidak diawasi. Pemerintah sendiri kan menetapkan HET (harga eceran tertinggi) gula pasir itu Rp 12.000 per. Siapa yang kuasai gula, kan bisa ditelusuri," ujar dia.
Rantai distribusi gula yang tak transparan dan hanya dikendalikan sekelompok grup usaha ini yang membuat masalah harga gula selalu saja muncul.
Menurut perkiraan Soemitro, stok gula nasional sebenarnya cukup secara nasional. Apalagi, impor gula sudah masuk secara bertahap sejak beberapa waktu lalu, baik gula pasir maupun gula mentan (raw sugar).
Bahkan, pemerintah juga mengambil langkah merealokasi gula rafinasi sebanyak 99.000 ton ke pasar ritel modern dan tradisional. Namun tetap saja, harga gula pasir masih mahal.
"Impor memang awal tahun 2020 belum keluar, tapi sekarang sudah masuk. PTPN sudah dapat izin impornya, RNI sudah dapat, rafinasi juga sudah dapat, Bulog dapat kuota impor. Jadi bukan di stok gulanya, tapi ke mana gulanya," ucap Soemitro.
Sementara itu dikutip dari Antara, Perum Bulog segera menggelontorkan gula kristal putih (GKP) atau gula pasir yang biasa dikonsumsi masyarakat sebanyak 22.000 ton pada akhir pekan ini untuk menjamin ketersediaan gula menjelang Lebaran.
Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan sebanyak 22.000 ton gula kristal putih tersebut baru saja didatangkan dari India dan akan segera disalurkan ke pasar tradisional untuk mengisi kebutuhan gula terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri yang sudah di depan mata.
"Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk mengisi kebutuhan gula di pasar rakyat pada bulan Ramadhan dan Lebaran, sehingga tidak ada kekhawatiran di masyarakat," kata Budi Waseso atau akrab disapa Buwas di Jakarta.
Buwas menjelaskan impor gula tersebut baru sebagian dari izin impor yang diberikan kepada Bulog dari total 50.000 ton. Impor gula ini merupakan penugasan dari hasil rakortas Kemenko Perekonomian untuk menstabilisasi harga gula pasir.
Berdasarkan data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional (PIHPS), harga rata-rata gula pasir nasional hingga Kamis (14/5/2020) ini sudah mencapai Rp 17.500 per kilogram. Harga tersebut lebih tinggi dibandingkan harga acuan tingkat konsumen sebesar Rp 12.500 per kg.
Oleh karena itu, diperlukan intervensi dari pemerintah melalui impor gula. Dengan stok yang dikuasai, Perum BULOG optimistis dapat menekan harga gula kembali ke harga eceran tertinggi (HET) Rp 12.500 per kg.
Stok pangan lainnya, yakni beras yang dikelola di seluruh wilayah kerja Perum Bulog hingga kini mencapai 1,4 juta ton.
BUMN Pangan ini juga terus melakukan pengadaan dalam negeri berupa gabah dan beras dari petani yang saat ini sedang panen raya. Hingga pertengahan Mei, realisasi serapan beras petani sudah mencapai 290.000 ton.
"Kami optimis bahwa 'core' bisnis kita tidak terganggu selama masa pandemi Covid-19 ini, dan kami selalu siap untuk mengemban tugas dari negara untuk pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat serta penyerapan gabah beras dalam negeri selama panen raya," kata Buwas.
https://money.kompas.com/read/2020/05/14/173121826/jokowi-geram-harga-gula-naik-gila-gilaan-ulah-mafia