Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Nyaris Bangkrut, Thai Airways Akhirnya Diselamatkan Pemerintah

BANGKOK, KOMPAS.com - Thai Airways hampir saja dinyatakan gulung tikar setelah bisnisnya babak belur akibat pandemi wabah virus corona (Covid-19). Awalnya, pemerintah Thailand sempat mewacanakan untuk membiarkan maskapai penerbangan tersebut bangkrut.

Dilansir dari BBC, Rabu (20/5/2020), belakangan akhirnya pemerintah berubah pikiran dan memutuskan untuk membantu restrukturisasi utang maskapai flag carrier tersebut.

Thai Ariways sebelumnya sempat meminta dana talangan ke pemerintah sebesar 58,1 miliar bath atau sekitar Rp 26,73 triliun (kurs Rp 461) lewat skema pinjaman.

Pemerintah Thailand merespon permintaan tersebut dengan mendesak perusahaan untuk membuat rencana restrukturisasi terlebih dahulu. Industri penerbangan jadi salah satu yang terkena dampak paling parah dari Covid-19.

Kondisi keuangan Thai Arways semakin morat-marit setelah operasionalnya banyak yang terhenti. Jumlah penumpang turun drastis dan pada 2019 melaporkan kerugian sebesar 12 miliar bath.

Bisnis Thai Airways sebenarnya telah lama terganggu jauh sebelum virus corona. Maskapai ini mencatatkan kerugian hampir setiap tahun sejak 2013 karena kompetisi yang sengit di bisnis penerbangan yang diperparah dengan kerugian selisih kurs. 

Sebagai informasi, Thai Airways merupakan BUMN penerbangan yang 51 persen sahamnya dimiliki pemerintah Thailand, di mana pengelolaannya diawasi oleh State Enterprise Policy Committee (SEPC).

Perusahaan ini memperkerjakan sekitar 22.000 orang dengan armada sekitar 80 pesawat. Maskapai ini juga telah menutup semua penerbangan internasionalnya hingga 30 Juni 2020.

Thai Airways sudah menghentikan penerbangan pada awal April, setelah Thailand memberlakukan lockdown ketat untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Hampir semua karyawannya dirumahkan dengan bayaran gaji yang dipotong.

"Pemerintah telah mempertimbangkan berbagai aspek. Kami memutuskan untuk mengajukan petisi untuk rencana restrukturisasi dan tidak akan membiarkan Thai Airways bangkrut. Maskapai akan terus beroperasi," kata Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha setelah rapat kabinet pada Selasa (19/5/2020).

Paket penyelamatan Thai Airways telah lama diajukan ke pemerintah. Skema restrukturisasi dilakukan dengan dana pinjamana dari pemerintah lewat Kementerian Keuangan.


Dengan total aset 257 miliar bath, Thai Airways memiliki utang sebesar 245 miliar bath di akhir 2019. Utang tersebut terdiri dari 74,1 miliar baht berupa obligasi.

Sisanya yakni 46,5 miliar baht dalam bentuk pinjaman bank dan 23,3 miliar baht sebagai pinjaman jangka panjang.

Sementara itu, suramnya bisnis penerbangan di Thailand juga tampaknya masih akan berlanjut beberapa waktu ke depan. The International Air Transport Association memperkirakan kalau kondisi normal diprediksi baru terjadi di tahun 2023.

Secara global, perusahaan-perusahaan penerbangan tengah mengalami masa paling sulit setelah pandemi Covid-19. Beberapa waktu lalu, perusahaan penerbangan swasta Kolombia Avianca telah mengajukan opsi bangkrut.

Lalu Virgin Australia yang merupakan maskapai terbesar kedia di Negeri Kanguru, juga terancam bangkrut setelah upaya meminta dana talangan ditolak oleh pemerintah. Dua maskapai besar Eropa, Lufthansa di Jerman dan Air France-KLM di Prancis juga tengah dalam kondisi sulit dan terancam gulung tikar. 

https://money.kompas.com/read/2020/05/20/114628726/nyaris-bangkrut-thai-airways-akhirnya-diselamatkan-pemerintah

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke