Hal itu mengakibatkan pendapatan KAI selama bulan ini turun drastis.
"Sekarang pendapatan dari pelanggan benar-benar jatuh. Sekarang hanya 7 persen sampai 10 persen saja," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Jakarta, Jumat (22/5/2020).
Bahkan Didiek juga menyebutkan pendapatan selama satu bulan yaitu di bulan April tahun ini hanya mencapai Rp 32 miliar saja.
Padahal kalau dibandingkan di hari-hari biasa sebelum ada pandemi, PT KAI rata-rata menerima pendapatan Rp 20 miliar sampai Rp 25 miliar per hari.
Oleh sebab itu, kata dia, PT KAI akan menggenjot pendapatan dari angkutan batubara.
"Angkutan batubara ini masih bertahan dan ini menjadi sumber pembiayaan atau sumber pendapatan yang utama kami disaat Covid-19," kata dia.
Meski begitu, Didiek juga mengakui pandemi Covid-19 membuat permintaan batubara menurun sekitar 20 persen. Hal ini disebabkan konsumsi listrik PLN mengalami penurunan.
"Kafe-kafe banyak yang tutup, kantor-kantor banyak yang menerapkan Working from Home (WFH) sehingga permintaan batubara daripada industri tower dan produsen daripada produk PLN mengalami penurunan," ucapnya.
Didiek berharap pandemi ini cepat berlalu sehingga likuiditas PT KAI bisa kembali melonjak.
https://money.kompas.com/read/2020/05/22/180600626/jumlah-penumpang-turun-pt-kai-genjot-angkutan-batubara