Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kelebihan dan Kekurangan Investasi Koin Emas Dinar

JAKARTA, KOMPAS.com - Emas dinar bisa jadi salah satu pilihan investasi logm mulia yang relatif aman dan semakin diminati sejak beberapa tahun terakhir selain emas batangan dan perhiasan.

Dinar sendiri merupakan koin atau keping emas yang pada zaman dulu sering dipakai sebagai alat transaksi. Kini, dinar lebih sering sebagai sarana investasi ketimbang sebagai alat tukar.

Sebenarnya selain dinar, ada dirham yang terbuat dari perak. Sama halnya dengan dinar, dirham juga banyak digunakan sebagai pengaman aset agar tak tergerus inflasi.

Saat ini, dua keping emas dan perak ini mulai dilirik sebagai alternatif investasi. Bahkan, banyak kalangan yang menggunakan dua koin logam mulia ini sebagai mahar pernikahan, hadiah, hingga pembayaran zakat.

Dinar di Indonesia diproduksi salah satunya oleh PT Aneka Tambang Tbk atau Antam. Beberapa perusahaan perhiasan emas swasta juga merilis produk koin emas dinar.

Dinar Antam ada dua jenis, yakni dinar Au 91,7 persen atau dinar dengan kandungan emas 91,7 persen (22 karat).

Lalu ada dinar fine gold 99,99 persen atau dinar dengan kandungan emas 99, 99 persen (24 karat). Untuk beratnya tersedia dari bobot 1 dinar (4,25 gram), ½ dinar, ¼ dinar, 2 dinar, dan 4 dinar.

Untuk harga emas dinar, koin 1 dinar produksi Antam 91,7 persen dijual seharga Rp 3.319.425. Lalu untuk koin 1 dinar dengan kandungan emas 99,99 persen dijual di harga Rp 3.608.250 (1 dinar berapa rupiah).

Lalu apa keuntungan investasi dinar?

Sama seperti halnya emas batangan, nilai emas cenderung selalu naik setiap tahunnya, sehingga menyimpan emas hampir tak memiliki risiko nilainya tergerus inflasi.

Saat ekonomi Indonesia dan global diliputi ketidakpastian biasanya akan memicu kenaikan harga emas, termasuk harga koin dinar.

Koin dinar juga merupakan alat tukar yang diakui secara global. Meski di Indonesia tak lazim digunakan sebagai alat tukar, di sejumlah negara, khususnya negara-negara Timur Tengah, dinar populer digunakan sebagai alat transaksi atau bisa juga dicairkan dengan uang tunai sesuai harga emas yang berlaku (lukuid).

Dinar juga selayaknya logam mulia lain, sehingga bisa dijual di toko-toko emas. Bahkan harga jualnya cukup tinggi jika dijual di kalangan tertentu sesama pengguna dinar.

Berdasarkan hukum Syari'ah Islam, dinar adalah uang emas murni yang memiliki berat 1 mitsqal atau setara dengan 1/7 troy ounce yang berpedoman pada Open Mithqal Standard (OMS).

OMS adalah standar untuk menentukan berat dan ukuran dinar dan dirham modern. Standar ini juga dikenal sebagai standar Nabawi karena berusaha untuk menduplikasi koin dinar dan dirham yang digunakan di zaman awal perkembangan Islam.

Kendati demikian, investasi dinar juga memiliki beberapa kekurangan. Di Indonesia, dinar dianggap pemerintah sebagai perhiasan, sehingga dikenakan pajak sebesar 10 persen.

Dinar memang memiliki harga tinggi jika dijual di komunitas dinar dan dirham, namun jika menjualnya di toko emas, seringkali dihargai sesuai dengan kadar emasnya saja.

Selain itu, dinar berbeda dengan emas batangan. Dinar oleh Antam dibuat dalam kepingan koin dengan gambar-gambar menarik sehingga biaya produksinya cukup tinggi, ini membuat dinar lebih mahal dibandingkan dengan emas batangan dengan berat dan kandungan emas yang sama.

https://money.kompas.com/read/2020/06/05/102200726/kelebihan-dan-kekurangan-investasi-koin-emas-dinar

Terkini Lainnya

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Dari Perayaan HUT hingga Bagi-bagi THR, Intip Kemeriahan Agenda PUBG Mobile Sepanjang Ramadhan

Rilis
INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

INACA: Iuran Pariwisata Tambah Beban Penumpang dan Maskapai

Whats New
Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Bank DKI Sumbang Dividen Rp 326,44 Miliar ke Pemprov DKI Jakarta

Whats New
OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

OASA Bangun Pabrik Biomasa di Blora

Rilis
Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Pengumpulan Data Tersendat, BTN Belum Ambil Keputusan Akuisisi Bank Muamalat

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Cara Hapus Daftar Transfer di Aplikasi myBCA

Work Smart
INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

INA Digital Bakal Diluncurkan, Urus KTP hingga Bayar BPJS Jadi Lebih Mudah

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Suku Bunga Acuan BI Naik, Anak Buah Sri Mulyani: Memang Kondisi Global Harus Diantisipasi

Whats New
Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal 'Jangkar' Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Ekonom: Kenaikan BI Rate Bakal "Jangkar" Inflasi di Tengah Pelemahan Rupiah

Whats New
Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Menpan-RB: ASN yang Pindah ke IKN Bakal Diseleksi Ketat

Whats New
Lebaran 2024, KAI Sebut 'Suite Class Compartment' dan 'Luxury'  Laris Manis

Lebaran 2024, KAI Sebut "Suite Class Compartment" dan "Luxury" Laris Manis

Whats New
Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Rupiah Melemah Sentuh Rp 16.200, Mendag: Cadangan Divisa RI Kuat, Tidak Perlu Khawatir

Whats New
Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Rasio Utang Pemerintahan Prabowo Ditarget Naik hingga 40 Persen, Kemenkeu: Kita Enggak Ada Masalah...

Whats New
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani

Whats New
IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

IHSG Turun 19,2 Poin, Rupiah Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke