JAKARTA, KOMPAS.com - Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memroyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kontraksi atau minus 2,8 persen hingga 3,9 persen.
Angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan skenario sangat berat oleh pemerintah yang memerkirakan pertumbuhan ekonomi tumbuh negatif 0,4 persen.
Sementara untuk skenario berat, perekonomian diperkirakan masih tumbuh 2,4 persen.
Kepala Ekonom OECD Laurence Boone memaparkan, pada outlook kali ini OECD menggunakan dua skenario, tergantung pada penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintah Indonesia.
Untuk skenario pertama, Indonesia hanya mengalami pukulan Covid-19 sebanyak satu kali dan bisa menghindari gelombang kedua penularan virus corona.
Pertumbuhan ekonomi untuk skenario pertama diperkirakan sebesar -2,8 persen dengan konsumsi rumah tangga atau swasta mengalami kontraksi sebesar 3,1 persen.
"PDB tumbuh melambat pada kuartal pertama tahun 2020, terbebani oleh konsumsi rumah tangga dan investasi yang lemah," jelas Boone dalam laporan OECD yang diterima Kompas.com, Kamis (11/6/2020).
Pada skenario pertama, defisit neraca berjalan (CAD) bakal sebesar 2,8 persen.
Baik ekspor dan impor pun mengalami kontraksi tahun ini. Laju ekspor diperkirakan tumbuh negatif 5,9 persen sementara impor tumbuh negatif 7,4 persen.
Adapun untuk skenario kedua, jika gelombang kedua terjadi di Indonesia maka perekonomian akan mengalami kontraksi hingga 3,9 persen.
Dengan demikian, kinerja ekspor dan impor pun mengalami tekanan yang lebih besar. Laju ekspor diperkirakan bakal mengalami kontraksi sebesar 7,4 persen dan laju impor tertekan hingga 9,1 persen.
Untuk tahun depan, OECD memprediksi laju pertumbuhan ekonomi akan membaik. Perekonomian Indonesia diperkirakan bakal tumbuh di kisaran 2,6 hingga 5,2 persen pada 2021.
Sementara itu, Bank Dunia memerkirakan, perekonomian Indonesia bisa tumbuh di kisaran 4,8 persen.
Menurut OECD, dengan kontraksi yang cukup dalam pada kuartal II dan lonjakan pengangguran, pemulihan perekonomian diharapkan bakal terjadi pada kuartal ketiga.
Pasalnya, pemerintah telah melakukan langkah-langkah penanganan pandemi serta kepercayaan konsumen perlahan kembali.
https://money.kompas.com/read/2020/06/11/150800226/oecd--ekonomi-ri-bisa-minus-3-9-persen-jika-ada-gelombang-kedua-corona