Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Bank Bukopin di antara Investor Lokal dan Asing

Masuknya modal tentu akan membuat bank ini bisa kembali sehat. Sekaligus mengakhiri berbagai spekulasi mengenai kondisi Bukopin.

Sebelum Kookmin Bank masuk, Bukopin memang menghadapi sejumlah hal yang pelik. Dihimpun dari berbagai sumber, setidaknya ada dua isu yang membayangi Bukopin.

Pertama soal kinerja bank (besarnya aset-aset berkualitas rendah serta permodalan). Kedua terkait tarik ulur siapa yang harus masuk untuk membantu menyuntikkan modal guna mengembalikan kondisi bank tersebut.

Sebagaimana diketahui, sejak sekitar 3 tahun lalu, Bukopin menghadapi persoalan kredit bermasalah (non-performing loan). Pada akhir 2017, rasio NPL gross Bukopin tembus 8,5 persen, sedangkan NPL nett di 6,37 persen.

Penyebabnya, karena masalah kredit bermasalah yang terjadi pada sejumlah debitur besar bank ini. Sehingga, Bukopin berupaya semaksimal mungkin untuk menurunkan rasio kredit bermasalah tersebut.

Dalam perjalanannya, bank ini menghadapi ketatnya kondisi keuangan. Bahkan, BPK menyebut Bukopin adalah salah satu dari tujuh bank yang masuk dalam pengawasan.

Per akhir Maret 2020, rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank Bukopin di level 12,59 persen, turun dari periode setahun sebelumnya yang sebesar 13,29 persen.

Mengutip Kontan, jika melihat indikator likuiditas seperti net stable funding ratio (NSFR) juga hampir mendekati batas bawah ketentuan yakni 100,84 persen per Maret 2020.

Begitu juga untuk liquidity coverage ratio (LCR) yang ada di level 115,67 persen menurun dari Maret 2019 yang sempat 128,43 persen.

Beberapa pekan setelah lebaran misalnya, muncul keluhan dari berbagai nasabah yang kesulitan menarik dana dari Bukopin. Meski kemudian manajemen Bukopin membantah hal itu.

Antara Bank BUMN dan Asing?

Sejumlah sumber menyebut, kondisi Bukopin seharusnya bisa diantisipasi jauh-jauh hari jika tidak terjadi tarik ulur mengenai siapa yang seharusnya menginjeksi modal ke bank tersebut.

Salah satu bankir menyatakan, meski Kookmin telah menyatakan siap untuk masuk, namun hal itu tak segera mendapat tanggapan. Sementara di saat yang sama, otoritas terkait menginginkan agar bank BUMN-lah yang menyuntikkan modal.

Di sisi lain, bank-bank BUMN tak bersedia untuk masuk dan menyuntikkan modal ke Bukopin. Alasannya, ada banyak hal yang masih harus diselesaikan. Apalagi, pandemi Corona membuat berbagai debitur bank pelat merah mengalami kesulitan bisnis.

“Ini yang membuat bank-bank BUMN enggan menyuntikkan modal ke Bukopin. Bank BUMN memilih fokus ke bisnisnya untuk menghadapi masa-masa sulit ini,” kata bankir tersebut.

Harus Pragmatis

Di akhir cerita, Kookmin Bank akhirnya masuk menginjeksi modal ke Bukopin. Sekaligus membuat bank asal Korsel ini sebagai pengendali utama Bukopin. Persoalan modal dan likuiditas juga akan terselesaikan

Memang, hal ini patut disyukuri karena masalah satu bank sedikit banyak menjaga kepercayaan publik terhadap institusi perbankan dan otoritas terkait.

Namun demikian, ke depan hal serupa perlu diantisipasi. Memang, isu kepentingan nasional di industri keuangan harus diprioritaskan.

Namun, dalam kondisi tertentu, pihak-pihak terkait harus bisa lebih pragmatis mengambil keputusan, dan tak selalu membebankan persoalan industri perbankan ke bank-bank BUMN.

https://money.kompas.com/read/2020/06/12/121700826/bank-bukopin-di-antara-investor-lokal-dan-asing

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke