Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Adu Kuat Anggaran Belanja Militer China Vs India

KOMPAS.com - Kawasan perbatasan India-China tengah memanas. Tentara penjaga perbatasan kedua negara terlibat bentrokan berdarah dan menewaskan setidaknya 20 orang pasukan India, sementara China belum merilis laporan resmi jumlah korban di pihaknya.

Baik China maupun India, kedua sama-sama meningkatkan jumlah personil tentara di perbatasan, termasuk menambah artileri, pesawat tempur, dan kendaraan lapis baja di dekat perbatasan.

Dengan situasi di ambang perang, sebenarnya seberapa kuat militer kedua negara dilihat berdasarkan pertahanannya?

Dikutip Kompas.com dari Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), sebuah lembaga riset kekuatan militer dunia yang berpusat di Swedia, China dan India selama ini jadi negara dengan belanja militer yang boros.

Anggaran militer China sebagaimana dicatat SIPRI pada tahun 2019 yakni sebesar 261 miliar dollar AS atau sekitar Rp 3.713 triliun (kurs Rp 14.222) atau meningkat sebesar 5,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Sementara India, sebagaimana dicatat SIPRI, anggaran militernya pada tahun 2019 sebesar 71,1 miliar dollar AS atau sekitar Rp 1.012 triliun. Anggaran militer India tumbuh 6,8 persen dibandingkan tahun 2018.

Dari sisi anggaran, India tertinggal cukup jauh dibandingkan China. Namun India memiliki keuntungan karena mendapatkan sokongan dari Amerika Serikat yang jadi kekuatan militer utama dunia.

India dengan populasi kedua terbesar dunia, saat ini memiliki jumlah tentara sebesar 3.544.000. Jumlah ini lebih besar ketimbang yang dimiliki China yang tercatat memiliki tentara sekitar 2.693.000.

Meski demikian, nilai anggaran militer yang dirilis SIPRI berasal dari sumber yang terbuka masing-masing negara. Artinya, belanja militer setiap negara kemungkinan bisa saja jauh lebih tinggi mengingat kerahasiaan pertahanan negara.

Terakhir kali, kedua negara terlibat perang pada tahun 1962 yang dimenangi oleh China. Kekalahan India membuat China menduduki secara de facto wilayah pegunungan yang saat ini disebut Aksai Chin.

Kedua negara sama-sama memiliki senjata nuklir, sehingga konflik India-China di sekitar Pegunungan Himalaya ini memicu kekhawatiran global.

Ketegangan dengan China juga membuat sejumlah kalangan di India menyerukan boikot produk negara komunis tersebut. Konfederasi Pedagang India meminta warga India untuk memboikot barang-barang China.

Partai berkuasa dari sayap nasionalis garis keras pendukung Perdana Menteri Narendra Modi, Partai Bharatiya Janata, juga menyuarakan boikot produk Cina dan membatalkan kontrak kerja dengan sejumlah perusahaan Cina.

Pemimpin Partai BJP, Ram Madhav, mengatakan India harus mengurangi impor dari Tiongkok. Dia menegaskan India memiliki potensi untuk memproduksi bahan kimia, ponsel dan lainnya,.

"Kami mengimpor bahan kimia, komponen ponsel dan tombol. Apakah mereka sangat penting untuk diimpor? Barang itu dapat diproduksi di India," ujar Madhav saat berbicara kepada kantor berita India, ANI.

"Kita harus mengurangi impor dari negara lain tetapi khusus dari China," kata Madhav lagi.

https://money.kompas.com/read/2020/06/19/104847026/adu-kuat-anggaran-belanja-militer-china-vs-india

Terkini Lainnya

Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Konflik Iran-Israel Menambah Risiko Pelemahan Rupiah

Whats New
Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Kemenhub Mulai Hitung Kebutuhan Formasi ASN di IKN

Whats New
BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

BEI: Eskalasi Konflik Israel-Iran Direspons Negatif oleh Bursa

Whats New
IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

IHSG Turun 1,11 Persen, Rupiah Melemah ke Level Rp 16.260

Whats New
IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

IPB Kembangkan Padi 9G, Mentan Amran: Kami Akan Kembangkan

Whats New
Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Konsorsium Hutama Karya Garap Proyek Trans Papua Senilai Rp 3,3 Triliun

Whats New
Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Kementerian PUPR Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan S1, Ini Syaratnya

Work Smart
Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

Juwara, Komunitas Pemberdayaan Mitra Bukalapak yang Antarkan Warung Tradisional Raih Masa Depan Cerah

BrandzView
Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Rupiah Melemah Tembus Rp 16.200 Per Dollar AS, Apa Dampaknya buat Kita?

Whats New
Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Dollar AS Tembus Rp 16.200, Kemenkeu Antisipasi Bengkaknya Bunga Utang

Whats New
Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Bawaslu Buka 18.557 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Prioritas Kebutuhannya

Whats New
Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Ingin Produksi Padi Meningkat, Kementan Kerahkan 3.700 Unit Pompa Air di Jatim

Whats New
Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Kemenhub Buka 18.017 Formasi CPNS dan PPPK 2024, Ini Rinciannya

Whats New
Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Melalui Pompanisasi, Mentan Amran Targetkan Petani di Lamongan Tanam Padi 3 Kali Setahun

Whats New
Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Konflik Iran-Israel Bisa Picu Lonjakan Inflasi di Indonesia

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke