Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Batang, Dulu Dikenal Jalur Angker, Kini Diincar Investor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan Industri di Batang, Jawa Tengah direncanakan akan menjadi tempat penampung perusahaan-perusahaan yang hendak merelokasi pabriknya. Batang sendiri jadi alternatif yang ditawarkan pemerintah setelah Kawasan Industri Brebes.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat sejauh ini ada tujuh perusahaan asing yang berkomitmen merelokasi usahanya ke Indonesia. Perusahaan tersebut berasal dari Amerika Serikat (AS), Jepang, Taiwan, dan Korea Selatan. Pemerintah telah menawarkan Batang sebagai salah satu kawasan industri untuk relokasi pabrik.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia, mengatakan Kawasan Industri Batang menawarkan beberapa keunggulan, seperti upah buruh yang relatif rendah, akses ke jalan tol hanya 500 meter, dekat dengan pelabuhan, dan dilintasi jalur kereta api.

"Pemerintah menyiapkan kawasan industri dengan harga tanah yang sangat kompetitif. Harga tanah di kawasan industri Batang hanya Rp 1 juta per meter," kata Bahlil dilansir dari Harian Kompas, Jumat (10/7/2020).

Kepada investor asing yang berminat masuk ke Batang, pemerintah menawarkan lahan seluas 450 hektare dari 4.300 hektare milik PTPN IX yang diperuntukkan untuk kawasan industri. Ada beberapa daya tarik infrastruktur di Jawa Tengah yang membuat Batang dilirik perusahaan penanaman modal asing (PMA).

Tujuh perusahaan yang menyatakan berniat merelokasi pabrik di Indonesia yakni PT Meiloon Technology Indonesia (Taiwan). Perusahaan pembuat speaker ini mengoperasikan pabriknya di Suzhou dan Guandong, China.

Lalu perusahaan kedua yaitu PT Sagami Indonesia (Jepang) yang berasal dari Yokohama. Sagami yang merupakan produsen komponen elektronik ini berencana memindahkan pabriknya dari Shenzen China. Sagami sudah memiliki pabrik di Indonesia, tepatnya di Tanjung Morowa, Sumatera Utara. 

Ketiga yakni CDS Asia (Amerika Serikat). Pabrikan lampu LED yang lebih dikenal dengan Alphan Lighting ini merencakan relokasi fasilitas produksi di Xiamen ke Indonesia yang dinilai lebih murah dari sisi tenaga kerja. Alasan lainnya, dengan membangun pabrik di Indonesia, membuat tarif bea masuk ke AS bisa jauh lebih rendah ketimbang mengapalkan produksi dari China. 

Keempat yaitu PT Kenda Rubber (Taiwan). Perusahaan ini memproduksi berbagai produk ban dari fasilitas produksinya di Shenzen, China. Pasar ban kendaraan yang besar mendorong perusahaan ini perlu membangun pabrik baru. Indonesia dilirik jadi lokasi pabrik kedua mereka di ASEAN setelah Vietnam.

Kelima yaitu PT LG Electronics (Korea Selatan) yang secara bertahap merelokasi pabrik-pabriknya yang ada di China di antaranya berlokasi di Nanjing dan Guanzhou. Besarnya pasar di Asia Tenggara jadi alasan perusahaan ini berniat membangun pusat produksi baru di Indonesia.

Keenam adalah PT Panasonic Manufacturing Indonesia (Jepang). Sebenarnya, Panasonic sudah lama memiliki pabrik di Indonesia dengan menggandeng Grup Gobel. Belakangan, pembuat berbagai peralatan elektronik ini juga mulai merelokasi pabriknya dari China.

Ketujuh yakni PT Denso Indonesia (Jepang). Salah satu produsen AC ternama ini akan memindahkan pabriknya dari Jepang ke Indonesia. Di Tanah Air, Denso sebenarnya sudah lama memiliki fasilitas produksi, salah satunya di Bekasi. 

Investasi tujuh perusahaan itu 850 juta dollar AS atau sekitar Rp 11,9 triliun. Potensi penyerapan tenaga kerja sekitar 30.000 orang.

Dikutip dari Kontan, Bahlil menjelaskan bahwa proses menjemput investasi dari tujuh perusahaan ini dilakukan secara intensif.

Secara khusus, Kepala BKPM membentuk tim satuan tugas (satgas) khusus relokasi investasi. Tim tersebut kemudian mengawal perizinan perusahan mulai dari kementerian/lembaga terkait hingga pemerintah daerah.

“Prosesnya sangat intensif. Kami langsung ‘ketuk pintu’ perusahaan satu per satu, untuk meyakinkan bahwa Indonesia adalah lokasi yang tepat bagi pabriknya," ujar Bahlil.

"Luar biasa tantangannya. Tapi justru disitulah BKPM harus bekerja kreatif dan responsif. Kita lakukan pendekatan yang tidak biasa. Dan alhamdulillah sudah ada hasilnya di tahap awal ini,” kata dia lagi.

Diungkapkan Bahlil, selain tujuh perusahaan tersebut, terdapat tujuh belas investor lain yang telah menyampaikan minatnya untuk melakukan relokasi atau diversifikasi industrinya ke Indonesia.

Salah satunya yaitu investor asal Korea Selatan yakni LG Chemicals yang menyampaikan komitmennya akan membangun industri baterai kendaraan terintegrasi dengan smelter.

Untuk satu perusahaan saja, rencana nilai investasi LG Chemicals diperkirakan mencapai 9,8 miliar dollar AS dan menyerap hingga 14.000 tenaga kerja.

“BKPM melalui tim satuan tugas (satgas) khusus relokasi investasi berkomitmen untuk mengawal proses relokasi ini dan terus melakukan negosiasi dengan berbagai perusahaan untuk dapat menarik lebih banyak investor yang bersedia merelokasi usahanya ke Indonesia dari negara lain,” kata Bahlil.

Letak Kabupaten Batang terbilang stretegis yang berada di lintasan Tol Trans Jawa dan Kereta Api Jakarta-Surabaya. Daerah ini juga lokasinya tak jauh dari Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang.

Meski demikian, jauh sebelum dilirik investor, Batang adalah kawasan yang sering diidentikan dengan Alas Roban. Sebuah ruas jalan nasional yang merupakan bagian dari Jalur Pantura yang membelah hutan di kabupaten ini.

Dulunya, lantaran kontur jalannya yang meliuk-liuk dan curam karena wilayahnya yang berbukit-bukit, banyak terjadi kecelakaan yang terkadang dikaitkan dengan kejadian-kejadian mistis.

Untuk mengurangi kecelakaan di Alas Roban, saat ini pemerintah sudah membangun jalur baru yang berdampingan dengan jalur lama yang dibangun yang lebih ramah terhadap pengendara kendaraan.

Tak perlu beli lahan

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan, investor luar negeri yang ingin berinvestasi di Kawasan Industri Terpadu (KIT) Batang, Jawa Tengah tak perlu membeli lahan.

Para investor, lanjut Erick, cukup menyewa lahan tersebut secara jangka panjang.

“Melalui PTPN III, kami yang akan membebaskan lahan sehingga tanah seluruh kawasan ini menjadi milik BUMN dan akan memudahkan, serta meyakinkan kerjasama dengan investor yang datang untuk menanamkan modal dengan cara sewa lahan berjangka panjang," ujar Erick dalam keterangannya.

Erick menambahkan, nantinya perusahaan-perusahaan plat merah akan membantu menyediakan fasilitas di KIT Batang.

Misalnya, Perkebunan Nusantara dan PPTN IX akan menyediakan lahan dan memproses konversi HGU ke HPL, PT PP bersama PT KIW akan merencanakan master development, Pelindo III akan mengelola pelabuhan dan Pertamina akan menyediakan jaringan gas dan bahan bakar.

“Sesuai dengan arahan Presiden, untuk mempercepat pembangunan Kawasan Industri Batang ini, Kementerian BUMN akan segera mengintegrasikan semua BUMN terkait dan bekerja sama dengan BUMD dan swasta,” kata Erick.

Fokus Pemerintah untuk lebih dulu mengembangkan Kawasan Industri Terpadu Batang juga didorong untuk meningkatkan perekonomian di Jawa Tengah, sekaligus mendorong agar kawasan industri ini mampu bersaing dan menjadi pengimbang dengan kawasan industri di Jakarta dan Pasuruan, Jawa Timur.

Selain itu, dengan keberadaan kawasan industri Batang diharapkan Jawa Tengah akan mampu memperbesar Upah Minimum Regional (UMR) yang masih tergolong rendah dan meningkatkan pemerataan kualitas sumber daya manusia.

Pada tahap pertama, pengembangan KIT Batang dilakukan di lahan seluas 450 hektare dan diperkirakan akan menampung 30.000 tenaga kerja lokal.

Dukungan infrastruktur untuk kawasan tersebut juga sudah komplit karena terletak di sisi utara Tol Trans Jawa sudah disiapkan Jasa Marga dilalui jalur kereta api dan akan disiapkan oleh PT KAI untuk menjadi dry port.

Sementara untuk PLN akan menyiapkan jaringan listrik. Saat ini PLTU Batang memiliki kapasitas 2x1.000 MW dan PLTS 50 MW.

“Jika dikaitkan dengan persaingan ekonomi global yang semakin ketat di era post Covid-19, upaya Indonesia menambah kawasan industri khusus di Jawa Tengah, seperti halnya KIT Batang ini menjadi keharuskan untuk meningkatkan daya saing,” ucap dia.

(Sumber: KOMPAS.com/Ade Miranti | Editor: Bambang Djatmiko)

https://money.kompas.com/read/2020/07/10/112317026/batang-dulu-dikenal-jalur-angker-kini-diincar-investor

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke