Pada tahun 2019, perdagangan Indonesia dengan Australia mengalami defisit 3,2 miliar dollar AS. Ekspor ke Australia tercatat 2,3 miliar dolaar AS, sedangkan impor dari Australia mencapai 5,5 miliar dollar AS.
"Ini merupakan defisit yang cukup besar. Sehingga dengan adanya IA-CEPA ini kita akan mengurangi defisit tersebut," kata Agus dalam konferensi pers di Kementerian Perdagangan, Jakarta, Jumat (10/7/2020).
Perjanjian IA-CEPA yang resmi berlaku 5 Juli 2020 ini, memang memberikan manfaat bagi eksportir Indonesia dengan menikmati tarif bea masuk nol persen untuk semua produk ke pasar Australia. Begitu pula, produk Australia ke Indonesia bisa mendapat tarif bea masuk nol persen.
Adapun produk Indonesia yang berpotensi meningkat ekspornya antara lain otomotif, kayu dan turunannya termasuk kayu dan furnitur, perikanan, tekstil dan produk tekstil, sepatu, alat komunikasi, dan peralatan elektronik.
Oleh sebab itu, Agus optimistis defisit neraca perdagangan Indonesia dan Australia bisa ditekan. Targetnya, bahkan setidaknya menurunkan 50 persen angka defisit, jika sebelumnya 3,2 miliar dollar AS maka akan menjadi 1,6 miliar dollar AS.
"Berkaitan dengan defisit, ekspektasi kita kalau bisa kejar target separuhnya, kalau pun bisa yah surplus," ujar Agus.
Menurutnya, penurunan defisit ini akan mulai terasa di tahun 2020 namun tidak signifikan, karena perekonomian masih terdampak pandemi Covid-19. Penurunan defisit diperkirakan akan sangat signifikan terjadi di tahun 2021.
"Saya melihat akan ada pengurangan yang signifikan itu di tahun 2021. Jadi tidak di tahun ini, karena juga baru mulai (perjanjiannya) Diharapkan berkurang, tapi secara signifikan di tahun 2021," pungkas Agus.
https://money.kompas.com/read/2020/07/10/180300026/mendag-sebut-ia-cepa-bakal-tekan-defisit-perdagangan-dengan-australia