Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Harga Panel Surya Masih Mahal, ESDM: Impornya Ketengan, Pengolahannya Kecil-kecil...

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, FX Sutjiastoto, mengatakan, industri pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dalam negeri baru memiliki pabrikan panel surya atau solar panel dengan kapasitas rendah.

"Kapasitasnya masih 40 megawatt sampai 50 megawatt, paling besar mungkin 100 megawatt," katanya, dalam konferensi pers virtual, Selasa (28/7/2020).

Hal tersebut mengakibatkan bahan baku pabrikan panel surya, dalam hal ini sel surya atau solar cell masih dipasok dari luar negeri. Dengan demikian, harga panel surya nasional menjadi lebih mahal dibandingkan negara lain.

"Sudah impornya ketengan, pengolahannya kecil-kecil, akibatnya itu harganya masih cukup tinggi," ujar Sutjiastoto.

Lebih lanjut, Sujiastoto menyebutkan, saat ini harga rata-rata solar panel nasional masih mencapai 1 dollar AS per watt peak (WP). Harga tersebut jauh lebih mahal dibandingkan dengan negara lain, seperti China yang hanya sebesar 20 sen per WP.

"Di China pabrikan-pabrikan itu kapasitasnya bisa 500 megawatt, bahkan 1.000 megawatt. Di kita masih 40 megawatt," kata dia.


Oleh karenanya, Kementerian ESDM saat ini tengah fokus mengembangkan pasar EBT nasional.

Salah satu langkah utama yang dilakukan ialah melaui rancangan Peraturan Presiden (Perpres) harga listrik EBT. Dengan Perpres tersebut, pemerintah akan mengatur harga listrik sekaligus memberikan insentif kepada pelaku usaha yang terlibat dalam pengembangan pembangkit listrik EBT.

"Pada tahap awal, ini memang pemerintah harus lebih banyak berperan memberikan insentif," ucapnya.

https://money.kompas.com/read/2020/07/28/130400726/harga-panel-surya-masih-mahal-esdm--impornya-ketengan-pengolahannya-kecil

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke