Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Meredam Dampak Pandemi Covid-19 di Pasar Modal

Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI), Hasan Fauzi mengatakan risiko yang kerap kali diproyeksikan oleh sejumlah investor dan analis pasar modal adalah potensi resesi dan krisis ekonomi. Walau demikian, BEI terus berupaya menjaga keselarasan dengan menciptakan pasar yang berintegritas dan sehat.

“Kondisi dan isu utama secara global dan domestik, adalah penyebaran Covid-19 yang sudah menjadi pandemi, ini nantinya akan berlanjut pada krisis ekonomi karena terjadi perlambatan ekonomi, dari mulai permintaan seperti komoditi, barang mentah, barang setengah jadi, amupun produk jadi, yang menurun drastis,” ujar Hasan dalam konferensi virtual, Jakarta, Selasa (28/7/2020).

Selain itu, sentimen penggerak pasar lainnya yakni kembali memburuknya hubungan dua negara ekonomi terbesar dunia AS dan China yang belakangan semakin meruncing.

Mulai dari tuduhan AS terhadap China karena tidak mempu menghalau penyebaran Covid-19, masalah undang-undang keamanan nasional Hong Kong, sampai dengan pengusiran konsulat China di AS.

“Tensi hubungan diplomatis yang semula trade war kini semakin meruncing yang akan mempengaruhi negara lain. Belum lagi di AS akan ada hajatan besar pemilihan presiden, akan banyak kebijakan baru yang muncul dan sampai dengan pemilihan selesai,” kata dia.

Sementara itu, dari sisi domestik, upaya pemulihan ekonomi terus dilakukan lewat berbagai kebijakan fiskal. Hal ini berdampak terhadap melebarnya defisit anggaran negara.

“Tahun ini kita mau tidak mau akan menghadapi defisit APBN jauh di atas situasi normal di mana pada undang-undang diizinkan hanya sampai di batas 3 persen. Saya kira akan berada di atas 6 persen. Tapi ini sudah dilindungi oleh Perpu yang sudah dikeluarkan,” kata dia.

Menurutnya prediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia oleh Bloomberg sebesar -0,5 persen memang merupakan penurunan yang drastis, dibanding sebelumnya yang berada pada kisaran 5 persen. Namun prediksi untuk Uni Eropa lebih terpukul lagi yakni -7,7 persen.


“Beberapa negara masuk resesi di mana pada quartal II-2020 ini dengan angka GDP tumbuh negatif, seperti Singapura, Korea Selatan dan Jepang. Negara Eropa juga satu demi satu masuk resesi, seperti Italia, Prancis dan Jerman,” ucapnya.

Direktur PT. Anugerah Mega Investama, Hans Kwee menjelaskan kondisi krisis saat ini tentunya berbeda dari pola krisis sebelumnya di tahun 1998 dan tahun 2008. Pada 1998, saat episentrum krisis di Asia, sektor UMKM bergeliat sehingga tidak berpengaruh pada usaha kecil, namun perusahaan besar yang mengalami masalah.

Sementara pada 2008, episentrum pusat krisis ada di AS, sehingga Indonesia tidak terlalu berpengaruh.

“Tahun 2020 krisis datang dari kesehatan, sebenarnya ekonomi tidak ada masalah yang cukup berarti tapi (masalah) kesehatan memukul ekonomi," kata Hans.

Meski begitu ia menilai beragam kebijakan yang dilakukan telah menyelamatkan pasar modal. Misalkan saja kebijakan buyback saham tanpa RUPS.

“Kebijakan otoritas yang pertama kita lihat buyback saham tanpa melakukan RUPS. Ini bagus karena dengan kebijakan ini akan menguntungkan perusahan di masa depan,” kata dia.

Selain itu, untuk meningkatkan investasi di pasar modal, kebijakan yang dilakukan sebagai bentuk pro pasar adalah Auto Reject Asymmetries yang berhasil meredam penurunan saham lebih tinggi lagi. Bahkan penurunan saham domestik lebih sedikit dibandingkan kawasan lain.

Ada juga kebijakan pelarangan short selling itu yang berpotensi mengancam pergerakan harga saham, karena aksi ambil untung di tengah kepanikan pasar. Selain itu ada juga trading halt yang menghalau harga saham turun terlalu jauh.

Selanjutnya Hans menilai aksi bersih-bersih pasar modal juga cukup baik, karena sedikit mampu meminimalisir tindakan manipulasi pasar.

“Pasar modal seharusnya senang dengan aksi bersih-bersih pasar. Walaupun membuktikan manipulator pasar tidak mudah, tapi pelaku pasar seharusnya bisa jeli karena berbeda kondisinya dengan tahun 1998 dan 2000-an yang mana keterbukaan informasi terbatas. Sekarang data terbuka dan bisa langsung akses. Pasar bisa mencermati di sana, dengan begitu investor bisa ter-edukasi,” kata dia.

https://money.kompas.com/read/2020/07/28/173724126/meredam-dampak-pandemi-covid-19-di-pasar-modal

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke