Mengutip data Bloomberg Rabu (19/8/2020) rupiah ditutup pada level Rp 14.772 per dollar AS atau menguat 72 poin (0,49 persen) dibandingkan penutupan sebelumnya pada level Rp 14.845 per dollar AS.
Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, penguatan rupiah terdorog oleh sentimen domestik diantaranya hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia yang memutuskan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 4 persen.
Hasil RDG BI, memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga acuan (7 Days Reverse Repo Rate) di posisi 4 persen pada Agustus 2020. Begitu pula dengan tingkat suku bunga deposit facility dan bunga lending facility masing-masing tetap di 3,25 persen dan 4,75 persen.
“Keputusan Iini diambil sesuai dengan pertimbangan kondisi pemulihan ekonomi global di tengah pandemi Covid-19. Salah satunya yang terjadi di China, meski pertumbuhan ekonomi di beberapa negara mengalami kontraksi tajam akibat pembatasan mobilisasi pada kuartal II 2020,” kata Ibrahim.
Sementara itu, neraca pembayaran atau Balance of Payment (BOP) Indonesia pada kuartal II tahun 2020 mencatat surplus setelah defisit di kuartal sebelumnya.
“Penurunan defisit transaksi berjalan (CAD) dan surplus transaksi modal dan finansial (TMF) menjadi pemicu penguatan rupiah,” jelas dia.
Bank Indonesia juga mencatat neraca pembayaran Indonesia pada periode April-Juni 2020 surplus 9,2 miliar dollar AS. Surplus ini merupakan yang tertinggi sejak kuartal kedua tahun 2011 atau sembilan tahun silam.
Defisit transaksi berjalan sebesar 2,9 miliar dollar AS atau setara 1,2 persen dari produk domestik bruto (PDB), membaik dari kuartal sebelumnya 1,4 persen dari PDB. Defisit di kuartal II tahun 2020 ini juga menjadi yang paling kecil sejak kuartal I tahun 2017.
“Membaiknya defisit transaksi berjalan menjadi faktor yang begitu krusial dalam mendorong laju rupiah lantaran arus devisa yang mengalir dari pos ini cenderung lebih stabil,” jelas dia.
https://money.kompas.com/read/2020/08/19/163200126/bi-tahan-suku-bunga-acuan-jadi-sentimen-penguatan-rupiah-